Nasional . 08/02/2025, 20:33 WIB
Penulis : Khanif Lutfi | Editor : Khanif Lutfi
fin.co.id - Pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) menjadi polemik lantaran banyaknya sekolah terlambat melakukan finalisasi.
Sejak dibuka pada 6 Januari 2025 dan ditutup pada 31 Januari 2025, Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) mencatat terdapat 373 sekolah yang telah pengisi data, tetapi belum melakukan finalisasi.
Hal ini menyebabkan ribuan siswa tidak bisa mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Berbagai protes pun pecah di kalangan siswa eligibel dari ratusan sekolah tersebut karena mimpinya untuk melanjutkan pendidikan terancam raib.
Meski telah dilakukan perpanjangan sebanyak tiga kali, masih ada sekolah yang belum juga menyelesaikan finalisasi.
Padahal, perpanjangan finalisasi diputuskan langsung oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro.
Pengamat pendidikan dari Yayasan Guru Belajar Bukik Setiawan mencurigai adanya oknum yang sengaja untuk menggagalkan proses finalisasi PDSS di sekolah masing-masing.
"Kegagalan input data mudir pada PDSS untuk jalur SNBP bukan hanya perkara teknis. Mengapa? Karena kegiatani ni adalah kegiatan berkala setiap tahun," ujar Bukik kepada Disway, 8 Februari 2025.
Sehingga, ia menegaskan bahwa pihak sekolah seharusnya sudah menguasai secara teknis setiap proses pengisian PDSS, termasuk mengantisipasi kondisi yang menghambatnya.
Oleh karena itu, lanjut Bukik, kegagalan ini perlu diletakkan dalam konteks bahwa jalur SNBP adalah jalur istimewa, jalur yang memberi keistimewaan pada murid tertentu.
"Pihak yang berkepentingan terhadap jalur ini bukan hanya murid, tapi banyak pelaku orang dewasa. Dugaan saya, kegagalan ini lebih banyak didominasi faktor nonteknis," cetusnya.
Terlebih, kegagalan input data ini tidak hanya terjadi di daerah dengan akses teknologi dan internet terbatas ataupun daerah yang mengalami bencana, melainkan juga terjadi di kota-kota besar.
"Fakta ini semakin memperkuat bahwa faktor utamanya bukan hanya faktor teknis, tapi faktor nonteknis. Adanya 'permainan; yang menghambat finalisasi data tepat pada waktunya."
Akibat dari "permainan" orang dewasa ini, ia menyoroti bagaimana murid yang menjadi korban terbesar sehingga masa depan mereka terhalang untuk mendaftar ke perguruan tinggi melalui jalur SNBP.
Di mana, jalur ini dinilai sebagai jalur yang paling "murah" dibanding jalur lain yang tidak memerlukan biaya untuk mengikutinya.
PT.Portal Indonesia Media