Nasional . 10/09/2025, 20:15 WIB

Kasus Bunuh Diri Meningkat, Kemenkes: Jawa Tengah Catat Angka Tertinggi di 2024

Penulis : Mihardi  |  Editor : Mihardi

fin.co.id - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) mengungkapkan adanya lonjakan kasus bunuh diri di tanah air, dengan jumlah kasus bertambah sekitar 100 kasus pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Informasi ini berasal dari sistem pencatatan kesehatan nasional, dan mencerminkan tantangan serius yang sedang dihadapi dalam penanganan isu kesehatan jiwa di Indonesia.

Angka tersebut menjadi indikator bahwa bunuh diri merupakan masalah nyata yang tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Peningkatan ini menuntut perhatian lebih dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk mendorong langkah-langkah pencegahan yang lebih konkret dan berkelanjutan.

"Pada 2024 terjadi peningkatan sebanyak 100 kasus bunuh diri di Indonesia, dibandingkan dengan tahun 2023. Semoga trennya nggak naik terus, dan kasus bunuh diri di 2024 paling banyak ada di Jawa Tengah, 478 kasus dalam waktu setahun," ungkap Imran Pambudi, Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes RI, saat menyampaikan paparannya dalam webinar yang digelar di Jakarta Selatan, Rabu, 10 September 2025.

Lebih lanjut, Imran menjelaskan bahwa jumlah kasus di Jawa Tengah dua kali lipat lebih banyak dibandingkan Jawa Timur, meskipun secara populasi provinsi Jawa Timur lebih besar. Sementara itu, Jawa Barat, yang merupakan provinsi dengan jumlah penduduk tertinggi justru mencatat kasus bunuh diri lebih rendah, yaitu 72 kasus.

Faktor Pemicu dan Profil Korban

Berdasarkan laporan Kemenkes, terdapat beberapa faktor utama yang memicu tingginya angka bunuh diri, antara lain:

Kesulitan ekonomi: Tekanan akibat utang, kehilangan mata pencaharian, dan kondisi finansial yang tidak stabil sering kali menjadi pemicu utama.

Gangguan kesehatan mental: Seperti depresi dan kecemasan yang tidak terdeteksi atau tidak ditangani secara medis.

Tekanan sosial: Termasuk perundungan, isolasi sosial, dan stigma terhadap kondisi kejiwaan.

Masalah relasi pribadi: Seperti konflik dalam keluarga, perceraian, atau putus hubungan percintaan.

Kemenkes juga mencatat bahwa kelompok usia 15 hingga 29 tahun merupakan kelompok yang paling rentan, dengan mayoritas kasus melibatkan laki-laki sebagai korban.

Upaya Pencegahan dan Harapan

Untuk menanggapi persoalan ini, Kemenkes telah memperkuat berbagai inisiatif, termasuk memperluas layanan psikologi klinis di Puskesmas dan mengintensifkan kampanye kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental.

Lembaga ini juga mengingatkan pentingnya peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang suportif. Kesadaran untuk mengenali tanda-tanda awal depresi, seperti perubahan perilaku, kehilangan semangat, atau ungkapan keputusasaan, menjadi langkah awal penting dalam pencegahan.

Apabila gejala tersebut muncul pada diri sendiri atau orang terdekat, disarankan untuk segera mencari bantuan profesional.

Dengan pendekatan yang lebih holistik dan kolaboratif, diharapkan tren peningkatan kasus bunuh diri dapat ditekan, dan masyarakat Indonesia bisa lebih tangguh dalam menghadapi tantangan kesehatan mental.

(Hasyim Ashari)

Share artikel ini :

TERKINI

TERPOPULER

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

Email:fajarindonesianetwork@gmail.com