Nasional . 12/09/2025, 19:41 WIB
Penulis : Mihardi | Editor : Mihardi
fin.co.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa bencana banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah Bali dipicu oleh hujan ekstrem yang terjadi dalam waktu singkat. Hujan dengan intensitas mencapai 380 milimeter dalam sehari mengguyur tujuh kabupaten dan kota di Bali pada Rabu, 10 September 2025, menyebabkan wilayah tersebut dilanda banjir parah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut curah hujan tersebut jauh melampaui batas hujan ekstrem yang ditetapkan, yakni 150 mm per hari.
“Kombinasi faktor regional seperti Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan Rossby ditambah kondisi lokal berupa konvergensi angin dan topografi Bali memicu pertumbuhan awan konvektif masif,” kata Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat, 12 September 2025.
Berdasarkan laporan BMKG, hujan deras pada 10 September memicu lebih dari 120 titik banjir dan 18 kejadian longsor yang tersebar di berbagai wilayah di Bali.
Dwikorita menegaskan, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini sejak 5 September 2025, melalui berbagai kanal mulai dari prospek cuaca mingguan, peringatan tiga harian, pembaruan harian, hingga 11 kali peringatan nowcasting selama tanggal 9 dan 10 September.
"Harapannya dapat segera ditindaklanjuti masyarakat dan pemangku kepentingan di Provinsi Bali," tambahnya.
Namun, meskipun peringatan sudah diberikan, bencana tetap menimbulkan kerusakan signifikan, baik korban jiwa maupun infrastruktur.
BMKG mengingatkan bahwa bencana ini menjadi pengingat penting agar daerah rawan bencana, termasuk Bali, lebih siap menghadapi fenomena hidrometeorologi yang berisiko tinggi, terutama saat pergantian musim.
“Musim peralihan saja sudah begitu bagaimana puncak musim hujan di Bali nanti yang diperkirakan berlangsung Januari-Februari 2026," pungkas Dwikorita.
Sementara itu, BNPB mencatat bahwa bencana ini menewaskan 18 orang, dengan dua orang lainnya masih dalam pencarian. Sebanyak 659 jiwa dari 214 KK terdampak langsung dan 185 jiwa mengungsi ke lokasi aman.
Pemerintah Provinsi Bali menetapkan masa tanggap darurat hingga 17 September 2025 untuk fokus pada penanganan awal, termasuk perbaikan infrastruktur seperti jembatan, jalan, dan tembok penahan yang rusak.
"Penanganan darurat dan pemulihan di wilayah terdampak masih berjalan dengan prioritas utama menyelamatkan korban, memberikan bantuan logistik, serta memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat banjir besar ini," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.
(Cahyono)
PT.Portal Indonesia Media