Nasional . 10/11/2025, 21:22 WIB
Penulis : Derry Sutardi | Editor : Derry Sutardi
fin.co.id - Ratusan migran dilaporkan hilang setelah kapal yang membawa sekitar 300 orang tenggelam di dekat perbatasan Thailand–Malaysia.
Hingga Minggu, November 2025, otoritas Malaysia baru menemukan 10 orang selamat dan satu jenazah perempuan Rohingya.
Kapal tersebut diketahui berangkat dari Buthidaung, Myanmar, sebelum karam di tengah perjalanan menuju perairan Malaysia.
Peristiwa ini menambah panjang daftar tragedi kemanusiaan yang menimpa kelompok etnis Rohingya, yang selama bertahun-tahun melarikan diri dari kekerasan dan diskriminasi di tanah kelahirannya.
Dilansir Reuters, Direktur Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) Wilayah Kedah dan Perlis, Laksamana Pertama Romli Mustafa, mengatakan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan masih terus dilakukan.
“Tim kami masih menyisir perairan Langkawi dan wilayah perbatasan karena kemungkinan masih ada korban yang terombang-ambing di laut,” ujarnya.
Hingga kini, baru 11 orang ditemukan, termasuk satu korban meninggal dunia. Para penyintas yang berhasil diselamatkan terdiri atas tiga pria Myanmar, dua pria Rohingya, dan satu pria Bangladesh. Mereka kini mendapat perawatan medis dan pendampingan di pusat penampungan sementara.
Kondisi laut yang berombak dan cuaca tidak menentu membuat proses pencarian cukup sulit. Otoritas Malaysia juga bekerja sama dengan pasukan laut Thailand dan lembaga internasional untuk memperluas area pencarian hingga radius lebih dari 50 mil laut dari titik perkiraan kapal karam.
Menurut laporan Bernama, Kepala Polisi Kedah Adzli Abu Shah menjelaskan bahwa kapal utama yang membawa ratusan migran itu awalnya berlayar dari Buthidaung, Myanmar, menuju Malaysia.
Namun, ketika mendekati perbatasan laut Thailand–Malaysia, para migran dipindahkan ke tiga kapal kecil.
Langkah itu diduga dilakukan untuk menghindari pantauan aparat patroli laut. Masing-masing kapal kecil diperkirakan membawa sekitar 100 orang. Tragisnya, salah satu kapal itu tenggelam tak lama setelah pemindahan dilakukan.
Dugaan sementara, kapal yang karam itu tidak layak berlayar dan kelebihan muatan. Banyak korban diduga tidak mengenakan pelampung ketika kapal dihantam gelombang besar di perairan terbuka.
Tragedi ini kembali menyoroti nasib kelompok etnis Rohingya, yang selama bertahun-tahun menghadapi diskriminasi di Myanmar.
PT.Portal Indonesia Media