Internasional . 13/05/2025, 11:43 WIB

Masa Depan Jurnalisme dalam Era AI Jadi Sorotan di Konferensi Wartawan Dunia 2025

Penulis : Sigit Nugroho  |  Editor : Sigit Nugroho

fin.co.id - Masa depan jurnalisme dalam era kecerdasan buatan (AI) menjadi topik utama dalam Konferensi Wartawan Dunia 2025 yang digelar di Seoul, Korea Selatan, pada 30 Maret hingga 5 April 2025. Diselenggarakan oleh Journalist Association of Korea (JAK), konferensi ini mengusung tema besar mengenai kebebasan pers dan kolaborasi internasional, serta menyoroti dua isu utama, salah satunya bertajuk “Membentuk Masa Depan Jurnalisme dalam Era AI: Hak Cipta dan Tantangan Etika.”

Bertempat di Korea Press Institute, konferensi ini menghadirkan sejumlah pembicara terkemuka dari berbagai negara. Mereka adalah Cao Yin (China Daily, Tiongkok), Hwang Seol-ha (Busan Daily News, Korea), Natalia Szewczak (Business Insider Poland, Polandia), dan Diana Fuentes (Investigative Reporters and Editors, Amerika Serikat), dengan Lee Joo Hee, Redaktur Pelaksana Korea Herald, sebagai moderator.

Lee Joo Hee menyoroti manfaat AI dalam mempercepat penyebaran berita, namun menekankan pentingnya perlindungan hak cipta dan etika penggunaan teknologi. “AI membentuk kembali jurnalisme dunia, tapi tidak bisa menggantikan tanggung jawab moral manusia,” tegasnya.

Cao Yin menambahkan bahwa AI, seperti ChatGPT dan teknologi deepfake, kini memainkan peran besar, baik dalam membantu penegakan hukum di Tiongkok maupun dalam penyebaran informasi palsu yang memerlukan pengawasan ketat.

Sementara itu, Hwang Seol-ha menekankan pentingnya transparansi dalam penggunaan AI oleh jurnalis. Ia menyebut AI sebagai alat hebat yang harus digunakan secara bertanggung jawab demi menjaga martabat profesi wartawan.

Natalia Szewczak menilai bahwa meskipun AI tidak dapat menyentuh sisi manusiawi jurnalisme, seperti menghadiri acara atau mengajukan pertanyaan kritis, teknologi ini sangat membantu dalam proses penerjemahan dan analisis data. Menurutnya, media tradisional tetap memiliki peran penting sebagai kompas moral di era digital ini.

Diana Fuentes mengajak jurnalis untuk tidak takut beradaptasi. Ia mencontohkan bagaimana kehadiran komputer sempat memicu ketakutan serupa di masa lalu. “AI bukan hal baru. Istilah ini sudah ada sejak tahun 1950-an. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya,” ujarnya.

Konferensi ini menegaskan bahwa meskipun AI terus berkembang, jurnalisme harus tetap berpijak pada nilai-nilai dasar seperti integritas, etika, dan kepercayaan publik. Pemanfaatan AI perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak menggerus esensi profesi wartawan sebagai penjaga kebenaran. (*)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

Email:fajarindonesianetwork@gmail.com