Politik . 02/07/2025, 17:40 WIB

Demo Mahasiswa vs Stabilitas Ekonomi: BEM PTNU Soroti Geopolitik Ekonomi Indonesia

Penulis : Sigit Nugroho  |  Editor : Sigit Nugroho

fin.co.id - Ekonomi Indonesia lagi kinclong banget. Tapi di balik angka-angka pertumbuhan yang bikin bangga, ada gejolak sosial yang bikin investor waswas. Bukan cuma soal hitung-hitungan ekonomi, geopolitik ekonomi global juga bikin Indonesia harus super hati-hati jaga stabilitas. Nah, BEM PTNU Se-Nusantara gak tinggal diam, mereka buka suara soal bagaimana mahasiswa seharusnya bersikap di tengah situasi kayak gini.

Ekonomi Naik Daun, Tapi Aksi Mahasiswa Gak Bisa Dikesampingkan

Data Badan Pusat Statistik (BPS) nunjukkin PDB Indonesia tumbuh 5,03 persen di 2024 dan diprediksi masih di kisaran 4,7–4,8 persen hingga 2026. Ekspor juga naik gila-gilaan dari USD 207 miliar (2018) jadi USD 290 miliar (2023). Indonesia jelas makin dilirik investor global.

Tapi, di sisi lain, gelombang demonstrasi mahasiswa kembali ramai. Isu yang diangkat mulai dari pemotongan anggaran negara sampai kebijakan kontroversial pemerintah. Banyak pihak mulai khawatir, jangan-jangan aksi mahasiswa malah bisa mengganggu investasi asing yang lagi deras masuk. Padahal, Foreign Direct Investment (FDI) udah tembus USD 47,5 miliar di 2023, naik 13,7 persen dibanding tahun sebelumnya.

Demo Mahasiswa Bisa Jadi Alarm Demokrasi, Tapi Ada Risikonya

Menurut Arya Eka Bimantara, Direktur Lembaga Kajian Strategis dan Advokasi Nasional BEM PTNU Se-Nusantara, demonstrasi mahasiswa punya dua sisi mata pisau. Di satu sisi, penting buat mengingatkan pemerintah supaya gak abai sama suara rakyat. Di sisi lain, kalau gak dikelola baik, bisa bikin situasi politik gak stabil dan akhirnya menghambat investasi.

“Mahasiswa memang wajib bersikap kritis. Tapi kalau demonya terus-menerus tanpa substansi yang jelas, ini justru bisa dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang punya kepentingan lain. Kita harus ingat, stabilitas itu kunci supaya ekonomi Indonesia bisa terus tumbuh,” kata Arya kepada fin.co.id, Rabu, 2 Juli 2025.

Arya juga bilang, Indonesia lagi punya momentum emas buat naik kelas jadi kekuatan ekonomi global. Tapi, kalau situasi sosial-politik terus gaduh, Indonesia bisa kehilangan peluang besar.

Investor Global Sangat Sensitif Sama Isu Stabilitas

Menurut laporan yang dirilis Bank Dunia, stabilitas sosial dan politik adalah syarat mutlak buat negara berkembang kayak Indonesia kalau mau dapat arus investasi besar. Bahkan, gejolak sosial bisa bikin arus modal turun drastis hingga 35 persen. Investor global gak suka ketidakpastian. Ada kerusuhan dikit, mereka bisa langsung cabut atau minimal nunggu situasi tenang dulu.

“Investasi itu soal kepercayaan. Kalau tiap minggu ada demo besar, apalagi sampai chaos, pasti bikin investor mikir dua kali,” jelas Arya.

Padahal, Indonesia punya modal gede: ekonomi senilai USD 1,2 triliun, populasi 276 juta jiwa, dan posisi strategis di Asia Tenggara. Pemerintah pun udah ngebut buka sektor-sektor strategis buat narik lebih banyak investasi asing. Tapi sayangnya, persepsi negatif soal stabilitas masih jadi PR besar.

Gerakan Mahasiswa Perlu Transformasi: Dari Demo ke Simposium?

Menurut Arya, gerakan mahasiswa gak boleh cuma berhenti di aksi turun ke jalan. Mahasiswa juga perlu mengasah kemampuan analisis dan bikin solusi konkret lewat forum diskusi atau simposium.

“Demo itu sah, bahkan jadi simbol demokrasi. Tapi sekarang kita harus naik kelas. Bukan hanya demo, tapi juga harus hadir dengan solusi konkret. Kita bisa bikin simposium, kajian kebijakan, atau riset mendalam supaya aspirasi mahasiswa lebih didengar dan berdampak,” tutur Arya.

Selain itu, sebagai anggota aktif di organisasi internasional kayak PBB, WTO, dan APEC, Indonesia punya posisi tawar yang kuat di kancah global. Tapi citra sebagai negara stabil bisa rusak kalau terus-menerus diwarnai kericuhan sosial. Negara-negara dengan stabilitas politik tinggi terbukti lebih gampang narik investasi, dan otomatis posisi mereka makin kuat di forum internasional.

Harus Milih: Ekonomi Stabil atau Kebebasan Bersuara?

Inilah dilema yang lagi dihadapi Indonesia. Apakah kebebasan berekspresi harus dikorbankan demi stabilitas ekonomi? Atau sebenarnya dua hal ini bisa berjalan beriringan?

“Indonesia lagi ada di titik krusial. Kita gak boleh terjebak antara hanya demo tanpa hasil atau hanya kejar investasi tanpa dengar suara rakyat. Harus ada keseimbangan. Semua elemen bangsa harus sama-sama mikir demi masa depan Indonesia,” tegas Arya menutup perbincangan.

Satu yang pasti, mahasiswa tetap punya peran penting. Tapi, mereka juga harus makin bijak supaya idealisme gak justru jadi bumerang yang menghambat kemajuan negeri. (*)

Share artikel ini :

TERKINI

TERPOPULER

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

Email:fajarindonesianetwork@gmail.com