Internasional . 31/10/2025, 08:30 WIB
Penulis : Afdal Namakule | Editor : Afdal Namakule
fin.co.id - Presiden Lebanon Joseph Aoun menginstruksikan militer untuk menanggapi setiap serangan atau upaya pasukan Israel memasuki wilayah selatan negara itu yang telah dibebaskan. Perintah tersebut disampaikan pada Kamis (30/10) dan menjadi instruksi pertama sejak gencatan senjata diberlakukan pada akhir 2024.
Langkah tegas ini diambil setelah pasukan Israel menyerbu gedung balai kota di Blida, Lebanon selatan, pada Rabu malam, yang menewaskan seorang pejabat pemerintahan setempat.
Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan bahwa Presiden Aoun mengecam keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “bagian dari pola agresi Israel yang terus berlanjut.”
Dalam pertemuan dengan Panglima Angkatan Darat Jenderal Rudolph Haykal di Istana Baabda, Beirut, Presiden Aoun menegaskan bahwa insiden itu terjadi hanya sehari setelah pertemuan komite pengawas gencatan senjata. Ia menyoroti bahwa lembaga tersebut harus bersikap lebih tegas terhadap pelanggaran Israel.
Ia menekankan bahwa komite tersebut “tidak boleh hanya mencatat insiden, tetapi harus bertindak untuk menghentikannya dengan menekan Israel agar menghormati perjanjian gencatan senjata November dan menghentikan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon.”
Israel dan Hizbullah Saling Berbalas Tuduhan
Militer Israel mengeklaim bahwa gedung balai kota Blida yang menjadi sasaran serangan digunakan oleh Hizbullah untuk aktivitas militer dengan kedok fasilitas sipil. Namun, Hizbullah membantah tuduhan itu dan mengecam keras tindakan Israel, sembari menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Presiden Aoun.
Kelompok tersebut menilai keputusan presiden sebagai sinyal bahwa negara akan mengambil sikap lebih tegas. Dalam pernyataannya, Hizbullah mendesak pemerintah agar “mengambil langkah berbeda dari yang dilakukan selama 11 bulan terakhir dan menunaikan tanggung jawabnya dengan menyusun rencana politik dan diplomatik guna menghentikan serangan serta melindungi warga dan kepentingan Lebanon.”
Ketegangan Belum Reda Sejak Gencatan Senjata
Sejak Oktober 2023, serangan Israel ke Lebanon telah menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai hampir 17.000 lainnya. Awalnya berlangsung terbatas, namun eskalasi meningkat menjadi ofensif penuh pada September 2024.
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah akhirnya disepakati pada November 2024, yang mewajibkan Israel menarik seluruh pasukannya dari Lebanon selatan pada Januari 2025. Namun, hingga kini, Israel baru menarik sebagian pasukannya dan masih menempati lima pos perbatasan di wilayah selatan.
Pemerintah Lebanon sebelumnya telah menyetujui kebijakan penyerahan seluruh persenjataan di bawah kendali negara pada Agustus lalu. Namun, Hizbullah menolak kebijakan tersebut dan menegaskan akan tetap mempertahankan senjata mereka hingga Israel sepenuhnya angkat kaki dari wilayah Lebanon.
PT.Portal Indonesia Media