Megapolitan . 08/11/2025, 14:41 WIB
Penulis : Mihardi | Editor : Mihardi
fin.co.id - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) bergerak cepat merespons insiden ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta, Kelapa Gading, pada Jumat, 7 November 2025. Peristiwa yang terjadi saat pelaksanaan salat Jumat itu menyebabkan puluhan siswa mengalami luka-luka dan menimbulkan trauma mendalam bagi warga sekolah.
Sebagai langkah tanggap darurat, KemenPPPA telah menurunkan tim psikolog dan pendamping sosial untuk memberikan dukungan psikososial kepada para siswa, keluarga korban, dan tenaga pendidik yang terdampak. Langkah ini dilakukan guna membantu pemulihan emosional dan mencegah trauma berkepanjangan.
“Kami menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas insiden tersebut. Korban adalah anak-anak di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi mereka. Ini peristiwa yang sangat mengejutkan. Keselamatan anak harus menjadi perhatian utama semua pihak,” ujar Menteri PPPA Arifah Fauzi, Sabtu (8/11/2025).
“Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi ruang aman bagi tumbuh kembang anak,” tambahnya.
Koordinasi dengan Pemprov DKI dan Dinas PPAPP
Dalam menangani dampak lanjutan insiden ini, KemenPPPA berkoordinasi erat dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP).
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) PPA bersama jejaring psikolog dan tenaga pendamping dikerahkan untuk memastikan setiap siswa mendapatkan pendampingan yang sesuai dengan kondisi psikologisnya.
Selain dukungan emosional, KemenPPPA juga memantau kebutuhan medis dan informasi bagi keluarga korban agar tersampaikan dengan cepat dan tepat.
“Kami terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, aparat keamanan, serta pihak sekolah untuk memastikan seluruh proses penanganan berjalan cepat, terarah, dan berorientasi pada kepentingan terbaik anak,” tutur Menteri Arifah.
“Kerja lintas sektor penting agar langkah yang diambil tidak hanya fokus pada pemulihan fisik, tetapi juga pemulihan mental dan emosional anak-anak yang terdampak,” imbuhnya.
Fokus Pemulihan Trauma dan Penguatan Ketahanan Keluarga
Menteri Arifah menekankan bahwa pemulihan psikologis menjadi perhatian utama. Anak-anak yang menjadi korban maupun saksi langsung memiliki risiko tinggi mengalami kecemasan, ketakutan, dan gangguan emosional pasca-kejadian.
Untuk itu, KemenPPPA mengimbau pihak sekolah dan keluarga agar menciptakan komunikasi yang terbuka dan empatik, sehingga anak merasa aman untuk mengekspresikan perasaannya.
“Dalam proses pemulihan, peran perempuan sangat penting. Ibu, guru, dan psikolog memiliki posisi sentral dalam mendampingi anak melewati masa trauma,” ungkap Arifah.
Ia menegaskan, perempuan yang berdaya dalam menjaga ketenangan dan kestabilan emosional anak akan memperkuat ketahanan keluarga dan lingkungan sekolah.
PT.Portal Indonesia Media