Internasional . 14/11/2025, 09:19 WIB
Penulis : Afdal Namakule | Editor : Afdal Namakule
fin.co.id - Pemukim Israel dilaporkan membakar Masjid Hajja Hamida di desa Palestina Deir Istiya, dekat Salfit, Tepi Barat bagian utara, pada Kamis dini hari. Informasi tersebut disampaikan warga setempat kepada Al Jazeera.
Foto-foto dari lokasi kejadian memperlihatkan dinding masjid dipenuhi slogan rasis anti-Palestina yang disemprotkan oleh pelaku. Bangunan masjid mengalami kerusakan akibat kobaran api, sementara sejumlah salinan Al-Qur'an juga hangus terbakar.
Dilansir dari Aljazeera, Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina mengecam keras insiden tersebut yang mereka sebut sebagai "kejahatan keji". Menurut kementerian, tindakan ini menunjukkan "kebiadaban" Israel dalam memperlakukan tempat-tempat suci umat Muslim dan Kristen di wilayah Palestina yang masih berada di bawah pendudukan.
Dalam peristiwa terpisah, dua anak Palestina dilaporkan tewas pada Kamis setelah pasukan Israel melepaskan tembakan dalam operasi penggerebekan di kota Beit Ummar, dekat Hebron, Tepi Barat selatan. Informasi itu disampaikan kantor berita Wafa.
Rangkaian kekerasan ini terjadi di tengah meningkatnya serangan pemukim dan militer Israel terhadap warga Palestina sepanjang tahun, terutama saat musim panen zaitun 2025. Badan kemanusiaan PBB (OCHA) mencatat sedikitnya 167 serangan terkait panen zaitun sejak 1 Oktober. Dalam catatan itu, lebih dari 150 warga Palestina terluka, dan lebih dari 5.700 pohon zaitun dirusak.
Serangan-serangan ini berlangsung ketika sejumlah pejabat pemerintahan sayap kanan di bawah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus mendorong upaya aneksasi resmi wilayah tersebut. Kelompok-kelompok HAM menyebut Israel telah menerapkan sistem aneksasi de facto dan apartheid di Tepi Barat.
Pada Juli lalu, kantor hak asasi manusia PBB mengeluarkan peringatan bahwa kekerasan pemukim dilakukan “dengan persetujuan, dukungan, dan dalam beberapa kasus, partisipasi, dari pasukan keamanan Israel”.
Menurut lembaga tersebut, serangan pemukim dan militer “merupakan bagian dari strategi Negara Israel yang lebih luas dan terkoordinasi untuk memperluas dan mengonsolidasikan aneksasi Tepi Barat yang diduduki, sekaligus memperkuat sistem diskriminasi, penindasan, dan kontrolnya terhadap warga Palestina di sana”.
Pembakaran masjid di Deir Istiya memicu kecaman dari berbagai pihak internasional.
Juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa badan dunia tersebut “sangat terganggu” atas serangan tersebut. “Serangan semacam itu terhadap tempat-tempat ibadah sama sekali tidak dapat diterima,” kata Stephane Dujarric dalam keterangan pers di markas besar PBB di New York.
“Kami telah dan akan terus mengutuk serangan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina dan properti mereka di Tepi Barat,” lanjut Dujarric.
Dia menegaskan bahwa “Israel, sebagai kekuatan pendudukan, memiliki tanggung jawab untuk melindungi penduduk sipil dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas serangan-serangan ini, termasuk serangan terhadap sebuah masjid dan penyemprotan cat dengan kata-kata kasar di masjid tersebut, dimintai pertanggungjawaban.”
Kementerian Luar Negeri Yordania turut “mengutuk keras” meningkatnya serangan pemukim Israel. Dalam pernyataannya, juru bicara kementerian menyebut kekerasan itu sebagai “perpanjangan dari kebijakan ekstremis dan retorika provokatif pemerintah Israel yang memicu kekerasan dan ekstremisme terhadap rakyat Palestina”.
Jerman, yang dalam beberapa bulan terakhir dikritik karena dukungannya terhadap Israel di tengah perang Gaza, juga menyerukan penghentian kekerasan pemukim. Pemerintah Jerman menyatakan bahwa “insiden tersebut harus diselidiki secara menyeluruh dan mereka yang bertanggung jawab harus bertanggung jawab”.
Kementerian Luar Negeri Swiss menambahkan bahwa serangan pembakaran terbaru di Tepi Barat “tidak dapat diterima”. Dalam pernyataannya, mereka menegaskan, “Kekerasan ini dan perluasan permukiman ilegal yang berkelanjutan harus dihentikan.”
PT.Portal Indonesia Media