Nasional . 28/02/2025, 21:07 WIB
Penulis : Mihardi | Editor : Mihardi
fin.co.id - Wartawan Jakarta (PWJ) mengecam tindakan dua ajudan Panglima TNI yang mengancam Jurnalis Kompas.com, Adhyasta Dirgantara, setelah melakukan wawancara seputar insiden penyerangan Mapolres Tarakan oleh tentara di Mabes Polri, Kamis 27 Februari 2025. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PWJ Bahroji menyayangkan ancaman yang dilontarkan kepada Adhyasta yang tengah menjalankan tugas jurnalistik.
“Adhyasta hanya melakukan tugasnya sebagai jurnalis, tidak ada niat jahat apalagi mengancam Panglima TNI. Tindakan itu sangat disayangkan, dan sangat jelas menunjukkan bahwa mereka tidak memahami fungsi protokol,” kata Bahroji dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat 28 Februari 2025.
Dia menuturkan, saat itu Adhyasta bersama jurnalis lain mendekati Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto untuk wawancara. Setelah wawancara selesai, dua ajudan Panglima TNI mengancam Adhyasta dengan kata-kata keras.
Walaupun tidak terjadi kekerasan fisik, tindakan ini memunculkan keprihatinan di kalangan jurnalis. Bahroji mengatakan, pentingnya penghormatan terhadap profesi jurnalis yang dilindungi oleh Undang-Undang.
"Setiap ancaman terhadap jurnalis yang sedang melakukan tugas jurnalistik bisa menjadi preseden buruk bagi kemajuan demokrasi di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, Bahroji meminta agar lembaga-lembaga negara, terutama yang memiliki fasilitas protokol, dapat memberikan pembinaan yang baik kepada staf protokoler, dan ajudan agar tidak terjadi insiden serupa di masa depan.
“Kami berharap tidak ada lagi kejadian seperti ini, dan setiap ajudan pejabat publik harus mengerti tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga ketertiban serta menghormati profesi jurnalis," kata Bahroji.
Diberitakan sebelumnya, Adhyasta Dirgantara diancam oleh dua ajudan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto setelah bertanya mengenai insiden penyerangan Polres Tarakan oleh tentara. Peristiwa ini terjadi usai acara Baksos Polri di Mabes Polri, Kamis 27 Februari 2025.
Awalnya, Adhyasta bersama jurnalis lain meminta wawancara dengan Agus, yang setuju melayani sebelum masuk mobil. Setelah wawancara, dua ajudan mendekati Adhyasta dan mengancamnya. Salah satu ajudan mengatakan akan "menyikat" Adhyasta, namun tidak terjadi kekerasan fisik. Mereka juga menanyakan media tempat Adhyasta bekerja sebelum meninggalkan lokasi.
Sementara itu, Jenderal Agus menyatakan bahwa TNI telah memeriksa pihak-pihak yang terlibat dalam penyerangan Polres Tarakan dan menyebutkan masalah sudah diselesaikan. Namun, ia belum mengungkapkan jumlah tentara yang diperiksa, dan akan menindak yang bersalah setelah evaluasi lebih lanjut.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto sendiri telah meminta maaf atas insiden tersebut dan berjanji akan menindak tegas para pengawalnya. “Saya sangat menyesalkan kejadian ini dan saya akan segera menindak mereka,” ujar Agus melalui pesan singkat kepada Kompas.com.
PT.Portal Indonesia Media