Internasional . 23/04/2025, 10:20 WIB
Penulis : Afdal Namakule | Editor : Afdal Namakule
fin.co.id - Militer Zionis Israel disebut telah merekayasa klaim penemuan sebuah terowongan di Koridor Philadelphi, yang membentang di sepanjang perbatasan Mesir dan Gaza, Palestina.
Tujuannya diduga untuk menghambat proses tercapainya kesepakatan pembebasan sandera, demikian hasil investigasi media Israel.
Klaim mengenai keberadaan “terowongan” tersebut pertama kali diungkap pada Agustus 2024 lalu melalui serangkaian foto yang dirilis oleh militer Israel.
Namun, laporan penyelidikan yang dilakukan oleh lembaga penyiaran publik Israel, KAN, membantah narasi tersebut. Temuan mereka menunjukkan bahwa struktur yang disebut sebagai terowongan itu ternyata hanyalah sebuah kanal dangkal.
“Tak ada terowongan, yang ada hanya sebuah kanal yang terselimuti debu,” demikian bunyi laporan KAN yang dirilis pada Selasa 22 April 2025.
Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa kebohongan ini tidak hanya dimaksudkan untuk menggagalkan upaya gencatan senjata, tetapi juga untuk membesar-besarkan nilai strategis Koridor Philadelphi di mata publik dan komunitas internasional.
KAN mengutip pernyataan dari mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang mendukung temuan investigasi mereka.
"Memang bukan terowongan, karena itu adalah upaya mencegah tercapainya kesepakatan gencatan senjata," ujar Gallant.
Ia menambahkan bahwa kedalaman kanal tersebut hanya sekitar satu meter, namun kemudian disajikan secara menyesatkan kepada masyarakat sebagai terowongan besar.
Struktur tersebut, jelas Gallant, “dilaporkan kepada publik sebagai sebuah terowongan yang dalam supaya kesepakatan dengan Hamas gagal tercapai.”
Hingga kini, pihak militer Zionis Israel belum memberikan tanggapan resmi terhadap temuan investigatif dari KAN tersebut.
Sementara itu, kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menegaskan bahwa syarat utama dalam kesepakatan pertukaran sandera adalah terciptanya gencatan senjata penuh serta penarikan seluruh pasukan Israel dari wilayah Gaza.
Pada 18 Maret 2025, militer Israel kembali melancarkan serangan skala besar di Jalur Gaza, yang secara efektif mengakhiri gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan yang sempat diberlakukan sejak 19 Januari 2025.
Sejak awal ofensif Israel pada 7 Oktober 2023, lebih dari 51.200 warga Palestina—kebanyakan perempuan dan anak-anak—dilaporkan tewas di wilayah Gaza.
PT.Portal Indonesia Media