Ekonomi . 21/10/2025, 22:46 WIB
Penulis : Mihardi | Editor : Mihardi
fin.co.id - Dalam upaya mendorong arah baru transformasi ekonomi Indonesia di tengah perubahan iklim global, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) atau Danantara Indonesia menyatakan dukungannya terhadap partisipasi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE).
CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani menegaskan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki peluang besar menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia pada tahun 2045, asalkan kolaborasi lintas lembaga terus diperkuat.
“Yakinlah, kita dapat mencapai hal itu apabila kita mampu berkolaborasi, bersinergi, dan bekerja sama dengan baik, sesuai dengan perkiraan Bank Dunia,” ujar Rosan dalam konferensi pers daring, Selasa, 21 Oktober 2025.
Senada, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya memperkuat kedaulatan energi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor.
“Saya menekankan pentingnya hilirisasi yang berkeadilan, adil bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, pengusaha besar, investor, hingga pelaku UMKM,” ujarnya.
Penguatan Ketahanan Energi Jadi Fondasi Utama
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyebut penguatan ketahanan energi sebagai langkah kunci menuju visi Indonesia Emas 2045. Menurutnya, dunia kini tidak sekadar menghadapi perubahan iklim, melainkan telah memasuki fase climate catastrophe yang menuntut percepatan transisi energi bersih.
“Di sinilah panas bumi memainkan peran penting sebagai sumber energi lokal. Panas bumi mampu menghasilkan listrik stabil sepanjang waktu, tersebar di berbagai wilayah, dan menjadi aset strategis bangsa,” tuturnya.
Julfi menambahkan, tidak semua energi hijau memiliki kemampuan sebagai baseload seperti panas bumi. Karena itu, panas bumi menjadi energi terbarukan paling komersial saat ini—tidak bergantung pada cuaca dan iklim.
“Isu panas bumi bukan sekadar bisnis, melainkan bagian krusial dari ekosistem energi nasional,” tegasnya.
Saat ini, pemanfaatan panas bumi di Indonesia baru mencapai 12 persen dari total potensi nasional. Artinya, masih ada sekitar 80 persen peluang yang dapat dioptimalkan. Julfi menilai, potensi besar ini hanya bisa diwujudkan melalui pembangunan ekosistem panas bumi terintegrasi yang berkelanjutan.
(Bianca Khairunnisa)
PT.Portal Indonesia Media