Megapolitan . 10/11/2025, 14:19 WIB
Penulis : Wanda Afifah | Editor : Wanda Afifah
fin.co.id - Siswa SMAN 72 Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara, mulai mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) bertema trauma healing atau pemulihan trauma, Senin, 10 November 2025. Kegiatan ini jadi langkah penting bagi para pelajar yang masih terguncang pasca insiden ledakan yang mengguncang sekolah mereka pada Jumat, 07 November 2025.
Langkah ini mendapat perhatian besar dari para orang tua. Banyak yang merasa bersyukur karena pemerintah dan pihak sekolah bergerak cepat untuk membantu siswa pulih secara mental sebelum kembali belajar tatap muka.
Salah satu orang tua siswa, Djumiaty Hatong, menceritakan bagaimana anaknya yang duduk di kelas XI SMAN 72 Jakarta masih mengalami trauma berat. Saat kejadian ledakan, sang anak baru saja selesai mengikuti kegiatan keputrian di area dekat masjid sekolah.
“Setiap malam anak saya masih suka menangis mengingat kejadian itu, ingat teman-temannya yang terluka,” ungkap Djumiaty saat ditemui secara daring, Senin.
Selain trauma emosional, sang anak juga mengalami gangguan pendengaran akibat ledakan tersebut. Meski begitu, Djumiaty tetap berusaha mendampingi anaknya agar perlahan bisa bangkit dan kembali beraktivitas seperti biasa.
Ia menilai sesi trauma healing secara daring yang diadakan sekolah sangat membantu anak-anak menguatkan diri secara mental. Materi yang diberikan pun fokus pada pemulihan emosi dan kesiapan psikologis sebelum mereka kembali belajar tatap muka di sekolah.
“Semoga peristiwa serupa tidak terjadi kembali dan anak-anak bisa mengikuti aktivitas belajar seperti biasanya,” harapnya.
Tak semua siswa bisa langsung mengikuti kegiatan trauma healing online. Ugi Abdurahman (55), orang tua salah satu siswa SMAN 72 Jakarta, mengungkapkan bahwa anaknya masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.
“Anak saya masih di rumah sakit karena kondisinya cukup parah dan harus operasi. Alhamdulillah, sudah sadar dan masih dalam perawatan. Belum bisa mengikuti kegiatan dari sekolah,” kata Ugi.
Meski demikian, pihak keluarga tetap berkomunikasi dengan guru dan sekolah agar perkembangan pemulihan anaknya terus dipantau. Ugi berharap anaknya bisa segera pulih dan ikut kembali kegiatan bersama teman-temannya, termasuk sesi trauma healing lanjutan.
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara juga bergerak cepat. Kepala Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Jakarta Utara, Ferlina Kirtiasih, menjelaskan bahwa pihaknya menyiagakan mobil Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di lingkungan sekolah.
Mobil SAPA ini berfungsi sebagai pos konseling keliling yang bisa diakses siapa saja mulai dari murid, guru, hingga warga sekitar yang terdampak insiden. Semua layanan bersifat gratis dan terbuka untuk umum.
“Layanan ini rencananya akan terus kita adakan sampai 14 November mendatang,” jelas Ferlina.
Langkah ini bukan sekadar simbol, tapi bentuk aksi nyata pemerintah dalam menangani dampak psikologis dari peristiwa tragis tersebut. Dengan adanya mobil SAPA, para korban bisa mendapat akses cepat untuk konseling dan dukungan psikologis profesional. (ANT)
PT.Portal Indonesia Media