Nasional . 07/05/2025, 05:56 WIB
Penulis : Afdal Namakule | Editor : Afdal Namakule
fin.co.id - Pemerintah tengah melakukan pembaruan besar-besaran terhadap buku sejarah Indonesia. Proses ini meliputi revisi, penambahan, hingga pelurusan isi berdasarkan berbagai kajian akademik terkini.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan bahwa proyek penulisan ulang ini melibatkan banyak pihak, terutama para ahli sejarah dari dalam negeri.
"Ya kita melibatkan hampir 100 lebih sejarawan. Dipimpin oleh Prof. Dr. Susanto Zuhdy sejarawan senior dari Universitas Indonesia," kata Fadli di Jakarta, Selasa, 6 Mei 2025.
Ia menjelaskan, edisi terbaru buku sejarah tersebut akan disusun dalam beberapa jilid, masing-masing dengan editor yang berbeda, dan mencakup berbagai periode mulai dari prasejarah hingga masa kontemporer.
"Yang era prasejarah sampai era misalnya perjuangan kemerdekaan dan sampai sekarang," tambahnya.
Fadli juga menegaskan bahwa proses penulisan ulang tidak dimulai dari nol, melainkan memperbarui informasi dari buku-buku yang sudah ada. Hal ini termasuk peristiwa politik dan aspek sejarah lainnya.
Targetnya, buku sejarah versi revisi ini rampung pada Agustus 2025, bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI. Penyusunan dilakukan dengan pendekatan ilmiah, berdasarkan sumber lama yang divalidasi dan dilengkapi oleh temuan terbaru.
Menurut Fadli, setidaknya ada tiga fokus utama dalam proses ini: memperbaiki narasi yang ada, menambahkan materi sejarah baru, serta meluruskan bagian-bagian yang dianggap perlu dikaji ulang secara akademis.
Untuk urusan pendanaan, ia menyebut bahwa pemerintah sudah mengalokasikan anggaran untuk tahap kajian dan penulisan. Namun, soal jumlah pastinya, ia mengaku lupa.
"Untuk sementara ini (anggaran) penulisannya. Nanti penerbitannya bisa pakai skema public-private partnership," tuturnya.
Salah satu contoh revisi yang disebut Fadli adalah tentang masa prasejarah. Ia menyoroti temuan terbaru mengenai usia lukisan gua di Maros, Sulawesi Selatan.
"Ada temuan-temuan baru, misalnya penelitian terbaru dalam prasejarah kita seperti Gua Leang-Leang Maros yang tadinya usianya diduga 5.000 tahun ternyata 40.000-52.000 tahun yang lalu usianya, itu kan harus ditambahkan. Kalau tidak ada yang baru ya kita teruskan," ujar Fadli. *
PT.Portal Indonesia Media