Internasional

Putin Tawarkan Ukraina Lanjutkan Perundingan Damai di Istanbul Mulai 15 Mei

news.fin.co.id - 11/05/2025, 15:46 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin

fin.co.id - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali membuka peluang perdamaian dengan Ukraina. Dalam konferensi pers di Moskow, Minggu, 11 Mei 2025, Putin menyampaikan tawaran kepada Ukraina untuk melanjutkan perundingan damai secara langsung di Istanbul, mulai 15 Mei mendatang.

Putin juga menyebut bahwa dirinya akan menghubungi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (12/5) guna meminta bantuan fasilitasi tempat perundingan. Langkah ini, menurutnya, menjadi bagian dari inisiatif nyata untuk mencari solusi damai di tengah konflik yang masih berlangsung.

Rusia Siap Berunding Tanpa Prasyarat

Putin menegaskan bahwa Rusia siap melakukan perundingan tanpa syarat apa pun. Ia menyampaikan bahwa inisiatif ini terbuka bagi siapa saja yang benar-benar menginginkan perdamaian. “Perang masih berlangsung. Kami mengusulkan agar perundingan kembali dibuka. Mereka yang sungguh menginginkan perdamaian pasti mendukung langkah ini,” ujar Putin di hadapan wartawan.

Menurutnya, perundingan ini juga membuka peluang untuk merumuskan kesepakatan gencatan senjata baru antara Rusia dan Ukraina.

Advertisement

Bola Kini di Tangan Ukraina

Lebih lanjut, Putin menyatakan bahwa proposal dari pihak Rusia telah disampaikan. Kini, keputusan berada di tangan pemerintah Ukraina dan para sekutunya. Ia mengkritik keputusan Ukraina yang sebelumnya menarik diri dari pembahasan damai.

“Keputusan sekarang berada di tangan otoritas Ukraina serta para pendukung mereka, yang tampaknya lebih digerakkan oleh ambisi pribadi daripada kepentingan rakyatnya,” ujar Putin.

Sebagai informasi, Rusia dan Ukraina sempat melakukan perundingan di Istanbul pada Maret 2022. Saat itu, kedua pihak sudah menyusun rancangan kesepakatan damai, namun Ukraina kemudian menarik diri dari proses tersebut secara sepihak.

Upaya Rusia untuk menghidupkan kembali jalur diplomasi menunjukkan bahwa masih ada ruang dialog di tengah konflik berkepanjangan. Namun, keberhasilan inisiatif ini sangat bergantung pada respons dari Ukraina dan negara-negara pendukungnya. (ANTARA/ANADOLU)

Sigit Nugroho
Penulis