Ekonomi . 30/10/2025, 11:25 WIB
Penulis : Wanda Afifah | Editor : Wanda Afifah
fin.co.id - Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak terbatas di kisaran Rp16.575–Rp16.700 per dolar Amerika Serikat (AS). Prediksi ini disampaikan Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, yang menilai pelaku pasar tengah menunggu arah kebijakan baru dari Federal Reserve (The Fed).
Menurut Josua, sebagian besar pelaku pasar sebenarnya sudah mengantisipasi keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) yang menurunkan suku bunga acuan pada Oktober 2025. Namun, fokus utama investor kini bergeser pada arah kebijakan moneter The Fed ke depan.
“Meskipun pasar sebagian besar telah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan FOMC (Federal Open Market Committee) bulan Oktober 2025, investor berfokus pada arahan mengenai potensi arah suku bunga kebijakan ke depannya,” ujar Josua dikutip dari ANTARA di Jakarta, Kamis, 29 Oktober 2025.
Dalam rapat terbarunya, The Fed memangkas Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75–4 persen dari level sebelumnya 4–4,25 persen. Keputusan ini memunculkan dua pandangan berbeda di internal The Fed.
Gubernur Stephen Miran mendukung penurunan lebih agresif sebesar 50 bps, konsisten dengan pandangannya pada rapat sebelumnya. Sementara itu, Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid memilih agar suku bunga tetap dipertahankan.
Perbedaan pendapat ini memperlihatkan adanya ketidakpastian di tubuh The Fed mengenai seberapa cepat pelonggaran moneter perlu dilakukan di tengah kondisi ekonomi yang masih fluktuatif.
Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan dalam konferensi pers pascarapat bahwa pemotongan suku bunga pada Desember 2025 belum menjadi kepastian. Ia menegaskan bahwa The Fed akan tetap berhati-hati, terutama setelah muncul tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja AS.
Powell juga menyoroti bahwa inflasi AS masih tinggi dibandingkan tahun lalu, meskipun pertumbuhan ekonomi tetap moderat. Menurutnya, The Fed berupaya menyeimbangkan antara menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan.
“Meskipun nadanya hati-hati, Powell mengonfirmasi bahwa The Fed akan mengakhiri program quantitative tightening-nya pada Desember 2025,” kata Josua.
Pernyataan tersebut menjadi sinyal penting bagi pasar keuangan global bahwa The Fed mulai menurunkan tekanan kebijakan moneter ketat yang telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir.
Pasar keuangan merespons pernyataan Powell dengan lebih hati-hati. Berdasarkan data FedWatch, peluang penurunan suku bunga tambahan pada Desember 2025 turun menjadi sekitar 65 persen, dari sebelumnya sekitar 80 persen sebelum rapat FOMC berlangsung.
Kondisi ini menunjukkan bahwa investor masih menimbang risiko inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS sebelum mengambil posisi baru. Ketidakpastian arah kebijakan The Fed pun menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Pada pembukaan perdagangan Kamis, nilai tukar rupiah menguat tipis sebesar 7 poin atau 0,04 persen ke level Rp16.610 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.617 per dolar AS.
Kenaikan kecil ini mencerminkan optimisme hati-hati pelaku pasar domestik, yang menilai adanya peluang penguatan lanjutan jika dolar AS melemah secara global.
Josua menilai, dalam jangka pendek, stabilitas rupiah akan sangat bergantung pada arah kebijakan moneter global, terutama sinyal yang dikeluarkan oleh The Fed menjelang akhir tahun. (ANT)
PT.Portal Indonesia Media