fin.co.id - Ibu dan anak jadi korban pembunuhn yang jasadnya ditemukan di toren atau tempat penampungan air saling kenal dengan pelaku. Hal itu disampaikan oleh Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Tweddy Aditya Bennyahdi.
"Awalnya tersangka mengenal korban pertama sebagai tetangga, sudah meminjam uang sejak 2021 hingga 2025. Berjanji pelunasannya dicicil, namun sampai waktu kejadian, utang itu belum bisa dilunasi (pelaku)," kata Tweddy kepada wartawan, Kamis 13 Maret 2025.
Kemudian, kata dia, pelaku disebut bisa menjadi dukun pemberi jodoh dan pengganda uang kepada korbannya.
"Kemudian korban percaya, kepada tersangka, bahwa pelaku memiliki kemampuan yang lebih. Jadi bisa memberi nasihat spiritual untuk menyembuhkan orang. Atau Kenal dukun pengganda uang dan dukun pencari jodoh. Itu dia hanya mengaku-ngaku saja," tuturnya.
Dia menjelaskan, pelaku hanya mengaku-ngaku sebagai dukun pengganda uang. Kemudian, sambungnya, pelaku mendatangi rumah korban untuk membuktikan kalau dirinya bisa melakukan hal tersebut.
"Februari, menunjukan uang untuk diminta digandakan. Tersangka menggunakan nomor telepon lain sebagai dukun pengganda dan menggunakan nomor lain sebagai dukun pencari jodoh. Kemudian, pada 1 Maret 2025, sudah ada kesepakatan spiritual oleh dukun tadi melakukan penggandaan uang. Sabtu, sekitar pukul 23.00 WIB, tersangka datang ke rumah korban. Pada saat kejadian, sudah ada persiapan korban kedua melakukan ritual. (Di kamar mandi, menggunakan sarung). Korban pertama berada di ruang rumah itu untuk ritual menggunakan uang, komunikasi menggunakan hp," tuturnya.
Namun, kata dia, proses spiritual itu gagal hingga membuat korban marah. Kemudian, kata dia, korban mengucapkan sesuatu yang membuat pelaku tersinggung dan memukul korban menggunakan besi.
Baca Juga
"Tapi prosesnya tidak berhasil, akhirnya korban pertama marah-marah (kepada) pelaku, saat itu pelaku merasa tersinggung. Pelaku memukul dengan besi kepala korban pertama. Korban dipukul dua kali di kamar, ditindih, dan dicekik hingga meninggal dunia," tuturnya.
Untuk memastikan korban sudah tewas, kata Tweddy, pelaku mencekik dengan tali rapia. Bahkan, pelaku sempat kebingunan untuk menutupi aksinya itu agar tidak diketahui korban kedua.
"Pelaku kemudian membersihan darah korban. Setelah itu, pelaku sempat di depan rumah (merokok 15 menit), memikirkan supaya tidak ketahuan oleh korban kedua. Pelaku langsung memukul di bagian kepala, pada saat dipukul belum meninggal dunia, korban sempat teriak tolong dan korban dipukul lagi. Pelaku mencekik korban. setelah yakin meninggal, pelaku membersihkan kamar mandi. Pelaku melihat ada penampung air di bawah kulkas, korban dimasukan secara bergantian ke dalam toren air," sambungnya.
Sekadar diketahui, kasus tewasnya ibu dan anak di Tambora, Jakarta Barat, mulai terang benderang. Setelah polisi meringkus pelaku pembunuh terhadap TSL (59) dan ES (35) oleh penyidik Satreskrim Polres Metro Jakarta Barat.
Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Arfan Zulkan Sipayung mengatakan satu pelaku diamankan di Banyumas, Jawa Tengah. Pelaku dibekuk pada Minggu 9 Maret 2025 sekitar pukul 23.30 WIB.
"Tidak ada perlawanan," katanya kepada wartawan.
Dituturkannya, ketika ditangkap pelaku menyerupai tunawisma atau seperti gembel perawakannya. Kemudian untuk motif pembunuhan akan segera diumumkan.
Sementara, Ibu berinisial TSL (59) dan ES (35) itu ditemukan tewas dalam toren usai anak keduanya, E mencari keduanya yang hilang sejak 1 Maret 2025.