Jumlah Korban Tewas Akibat Ledakan di Pelabuhan Iran Total 40 Jiwa, 1.200 Orang Terluka

fin.co.id -  Jumlah korban tewas akibat ledakan dahsyat di pelabuhan terbesar Iran, Bandar Abbas, meningkat menjadi 40 orang. Sementara itu, sebanyak 1.200 orang terluka.

Demikian media pemerintah setempat melaporkan pada Minggu 27 April seperti dikutip dari Reuters di Jakarta.

Ledakan dahsyat itu terjadi pada Sabtu 26 April di pelabuhan Bandar Abbas Iran dan menghancurkan jendela-jendela bangunan sejauh beberapa kilometer, serta menghancurkan sejumlah kontainer, dan merusak barang-barang di dalamnya.

Gumpalan asap hitam mengepul di atas lokasi ledakan pada hari Minggu dan potongan-potongan logam bengkok serta puing berserakan di lokasi ledakan.

Insiden itu terjadi saat Iran mengadakan perundingan nuklir putaran ketiga dengan Amerika Serikat di Oman.

"Akibat ledakan itu, kebakaran terus terjadi di berbagai bagian wilayah yang terkena dampak hingga Minggu malam, demikian menurut media pemerintah yang memantau dengan helikopter dan petugas pemadam kebakaran terus berupaya memadamkan api.

Bahan kimia di pelabuhan diduga telah memicu ledakan tersebut, namun penyebab pastinya tidak jelas.

Kementerian Pertahanan Iran membantah laporan media internasional bahwa ledakan itu mungkin terkait dengan kesalahan penanganan bahan bakar padat yang digunakan untuk rudal.

Seorang juru bicara kementerian mengatakan kepada TV pemerintah bahwa laporan tersebut sesuai dengan operasi psikologis musuh, dia mengatakan bahwa daerah yang dilanda ledakan tidak berisi kargo militer apa pun.

Associated Press mengutip firma keamanan Inggris Ambrey yang mengatakan pelabuhan tersebut pada bulan Maret telah menerima natrium perklorat, yang digunakan untuk mendorong rudal balistik dan kesalahan penanganannya dapat menyebabkan ledakan.

Sementara itu, surat kabar Financial Times melaporkan bahwa pada bulan Januari pengiriman dua kapal Iran dari Cina yang berisi cukup bahan untuk meluncurkan sebanyak 260 rudal jarak menengah untuk membantu Teheran mengisi kembali persediaannya setelah serangan rudal langsungnya terhadap musuh bebuyutannya, Israel, pada tahun 2024. *