Internasional

Trump Ultimatum Iran Dua Minggu, Tak Akan Tekan Israel Hentikan Serangan

news.fin.co.id - 21/06/2025, 13:58 WIB

Donald Trump (AFP)

fin.co.id - Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran bahwa mereka hanya punya waktu maksimal dua minggu untuk merespons upaya diplomatik, sambil menegaskan bahwa Washington tidak akan meminta Israel menghentikan serangannya terhadap Teheran. Di tengah eskalasi konflik Timur Tengah, pernyataan ini jadi sinyal keras dari Gedung Putih bahwa tekanan terhadap Iran belum akan mereda.

Trump Tegaskan Israel "Sedang Menang", Tak Akan Ditekan

Pada Jumat, 20 Juni 2025, Trump menyampaikan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk meminta Israel menahan diri. "Saya pikir sangat sulit untuk mengajukan permintaan itu sekarang," ujar Trump kepada wartawan saat turun dari Air Force One di New Jersey.

"Jika seseorang sedang menang, itu sedikit lebih sulit dilakukan daripada jika seseorang kalah. Tapi kami siap, bersedia, dan mampu. Kami telah berbicara dengan Iran, dan kita akan lihat apa yang terjadi," tambahnya.

Pernyataan itu datang setelah Israel meluncurkan serangan ke sejumlah lokasi strategis di Iran pada 13 Juni, termasuk fasilitas militer dan nuklir. Iran membalas agresi itu dengan meluncurkan ratusan drone dan rudal ke wilayah Israel.

Iran Minta Agresi Dihentikan Sebelum Negosiasi

Seperti dikutip dari pernyataan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, Teheran "siap mempertimbangkan diplomasi sekali lagi setelah agresi berhenti dan agresor dimintai pertanggungjawaban." Araqchi merujuk langsung pada Israel sebagai pemicu konflik terbaru ini.

Namun Trump tetap meremehkan jalur diplomasi yang diupayakan oleh negara-negara Eropa. "Eropa tidak akan dapat membantu dalam hal ini. Mereka tidak membantu, tidak. Iran tidak ingin berbicara dengan Eropa. Mereka ingin berbicara dengan kami," ujarnya.

Ultimatum Dua Minggu: Jalan Menuju Aksi Militer?

Trump juga menegaskan bahwa tenggat dua minggu yang ia sebut sehari sebelumnya adalah batas waktu maksimal sebelum AS mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Iran. “Ini hanya waktu untuk melihat apakah orang-orang sadar atas tindakannya atau tidak,” ujarnya.

Trump bahkan mengklaim bahwa Iran "dapat memperoleh senjata nuklir dalam hitungan minggu, atau setidaknya bulan", dan menegaskan kembali sikapnya: “Kita tidak dapat membiarkan itu terjadi.”

Sementara itu, Iran berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya hanya ditujukan untuk kepentingan sipil, bukan untuk senjata.

Korban Meningkat: Israel dan Iran Saling Serang

Konflik bersenjata yang meletus sejak 13 Juni telah menimbulkan banyak korban jiwa. Menurut otoritas Israel, setidaknya 25 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan balasan Iran. Sedangkan media Iran melaporkan 639 orang tewas dan lebih dari 1.300 luka-luka akibat gempuran udara Israel.

Belum ada tanda-tanda eskalasi akan mereda dalam waktu dekat. Dengan pernyataan keras Trump dan minimnya ruang diplomasi, kawasan Timur Tengah kini kembali berada di ujung tanduk ketegangan geopolitik global.

Ketegangan Meningkat, Diplomasi Tertutup

Konflik Israel-Iran semakin memanas, dan respons AS menunjukkan bahwa tekanan terhadap Teheran akan terus berlanjut. Trump tidak hanya menutup pintu diplomasi Eropa, tapi juga memberi ultimatum keras yang bisa jadi awal dari intervensi militer langsung. Dunia kini menanti apakah dua minggu ke depan akan membuka peluang damai atau justru membuka babak baru eskalasi konflik besar. (*)

Sigit Nugroho
Penulis