Nasional

KNKT Soroti Materi SIM Tidak Lengkap, Kecelakaan Bus dan Truk Terus Berulang

news.fin.co.id - 27/09/2025, 16:59 WIB

KNKT soroti materi SIM B1 dan B2 tak lengkap, penyebab kecelakaan bus dan truk berulang. Solusinya, sekolah sopir resmi disiapkan. - Sigit Nugroho -

fin.co.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai maraknya kecelakaan bus dan truk yang berulang dipicu oleh ketidaklengkapan materi dalam proses pembuatan SIM B1 dan B2. Salah satu poin krusial yang hilang adalah materi tentang sistem pengereman kendaraan besar, padahal jenis rem yang digunakan bus dan truk sangat beragam serta membutuhkan teknik berbeda dalam pengoperasiannya.

Minim Pengetahuan Sistem Rem

Ketua Subkomite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, menjelaskan bahwa banyak pengemudi bus dan truk tidak memahami jenis rem yang ada pada kendaraan besar. Setidaknya terdapat tiga sistem pengereman, yakni full hydraulic brake, air over hydraulic brake, dan full air brake. Perbedaan karakteristik ketiganya sangat menentukan keselamatan, terutama saat kendaraan berada di tanjakan atau turunan.

“Saya menemukan kecelakaan berulang karena materi tentang rem ini tidak pernah diajarkan. Padahal cara penggunaan rem parkir saja berbeda antara sistem minyak dan sistem angin,” kata Wildan dalam Safety Driving Talkshow yang digelar Astra Infra di Rest Area Km 68 A, Serang, Banten, Sabtu, 27 September 2025.

Kelemahan Sistem Pendidikan Sopir

KNKT menyoroti lemahnya pola pendidikan formal bagi pengemudi kendaraan besar. Banyak sopir bus dan truk yang memperoleh SIM B1 tanpa pernah memiliki SIM A. Umumnya, mereka belajar secara otodidak melalui pengalaman di lapangan, bukan melalui pelatihan resmi. Kondisi ini menambah risiko karena pengetahuan teknis mereka terbatas.

Dorongan Revisi dan Solusi

Sebagai langkah perbaikan, KNKT mendorong revisi standar kompetensi pengemudi (SKKNI) agar lebih sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Selain itu, KNKT bersama sejumlah mitra sedang menyiapkan sekolah pengemudi resmi dan gratis di beberapa pusat pelatihan. Program ini dirancang dengan dukungan instruktur, fasilitas latihan, serta kurikulum terstruktur.

“Kami bersama IMI (Ikatan Motor Indonesia) tengah mengajukan bantuan ke FIA untuk mendanai sekolah pengemudi gratis. Semua fasilitas sudah ada, yang kurang hanya pendanaan. Harapannya, para sopir tidak lagi belajar secara otodidak, tetapi melalui pendidikan yang benar,” jelas Wildan.

Dengan adanya perbaikan sistem pendidikan dan revisi materi SIM, diharapkan angka kecelakaan bus dan truk di jalan raya dapat ditekan. Upaya ini juga sejalan dengan peningkatan keselamatan transportasi darat di Indonesia. (*)

Sigit Nugroho
Penulis