Internasional

Ketegangan Memuncak! Kapal Penjaga China Masuk Kepulauan Senkaku Usai Komentar PM Jepang Soal Taiwan

news.fin.co.id - 18/11/2025, 17:32 WIB

Kapal milik China yang tengah melintas dibuntuti kapal penghancur milik AS.

fin.co.id - Ketegangan antara Cina dan Jepang kembali meninggi setelah kapal Penjaga Pantai Cina dilaporkan berlayar memasuki perairan Kepulauan Senkaku, wilayah yang dikelola Jepang namun diklaim Beijing sebagai Kepulauan Diaoyu.

Pengerahan kapal ini terjadi tak lama setelah komentar Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, yang mengisyaratkan bahwa Jepang akan membela Taiwan jika diserang oleh Cina. Komentar itu langsung memicu reaksi keras Beijing dan membuka babak baru ketegangan diplomatik di kawasan Asia Timur.

Dalam pernyataannya pada Minggu, 16 November 2025, Penjaga Pantai Cina menegaskan bahwa kapal mereka melakukan operasi patroli rutin.

Bagi Jepang, kehadiran kapal Cina di Senkaku selalu dianggap pelanggaran wilayah, namun Beijing berkukuh bahwa mereka memiliki hak historis atas kepulauan tersebut.

Ketegangan mulai meningkat setelah PM Jepang Sanae Takaichi menyampaikan bahwa Jepang tidak akan diam jika Taiwan diserang.

Cina bereaksi keras. Salah satu pejabat tinggi Beijing bahkan menggunakan istilah tajam:

Komentar itu memicu protes resmi dari Tokyo, yang menilai pernyataan tersebut sebagai ancaman verbal terhadap pemimpin negaranya.

Beijing Panggil Dubes Jepang hingga Keluarkan Peringatan Perjalanan

Tak berhenti di situ, Cina dikabarkan memanggil Duta Besar Jepang di Beijing dan mengeluarkan travel warning yang menyarankan warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang.

Tiga maskapai besar dari Cina kemudian menawarkan refund dan perubahan tiket gratis untuk perjalanan ke Jepang. Sinyal kuat bahwa ketegangan politik mulai merembet ke sektor mobilitas dan pariwisata.

Sementara itu di Taiwan, Kementerian Pertahanan mendeteksi 30 pesawat militer Cina dan 7 kapal angkatan laut yang beroperasi di sekitar pulau dalam 24 jam terakhir.

Militer Taiwan menyebut aktivitas itu sebagai “patroli tempur gabungan” yang bertujuan mengganggu stabilitas wilayah.

Derry Sutardi
Penulis