fin.co.id - Warga Negeri Haya Kecamatan Tehoru Maluku Tengah, membantah pernyataan pihak PT Waragonda Minerals Pratama yang menyebut bahwa karyawannya tidak merusak 'sasi' adat yang dipasang warga Haya.
Adapun pihak PT Waragonda menyertakan bukti CCTV yang memperlihatkan kejadian pembakaran fasilitas dan kantornya pada Minggu malam 16 Februari 2025 sekitar pukul 21.00 WIT.
Dalam video CCTV yang diperlihatkan oleh Kepala Tekhnik Tambang PT Waragonda, Amar Kadafi Tehuayo kepada wartawan di Masohi, terlihat sasi adat masih utuh. Namun, video tersebut diambil pada malam hari saat massa merengsek masuk untuk melakukan pembakaran.
Salah satu warga Haya, Aimar Lestaluhu mengatakan, apa yang disampaikan pihak PT Waragonda merupakan upaya manipulasi fakta.
Sebab video rekaman CCTV yang diperlihatkan hanya pada malam hari. Sementara menurutnya, sasi adat telah dirusak atau dicabut sejak siang hari.
"Satu unsur pimpinan PT Waragonda menyampaikan bahwa 'sasi' adat dan palang masih terpasang sampai pada malam hari, dimana masyarakat adat datang dan terjadi pembakaran, sungguh merupakan manipulasi fakta," kata Aimar lewat keterangan tertulis kepada fin.co.id, Selasa 18 Februari 2025.
Aimar mengatakan, berdasarkan foto yang diperolehnya, sasi adat dibongkar pada Minggu siang. Dia juga sertakan bukti metadata foto yang diambil melalui ponsel, terlihat jelas waktu pengambilan foto pada pukul 14.45 WIT tanggal 16 Februari 2025 dengan menggunakan ponsel merk Vivo.
Baca Juga
Warga tancap palang adat atau sasi menolak aktifitas PT Waragonda (dok warga)
Dalam foto tersebut, 'sasi' atau penyegelan adat yang dipasang oleh tokoh adat Negeri Haya di depan perusahaan tersebut telah dibongkar.
"Di sini kita lampirkan lewat bukti fisik gambar yang di ambil pada Minggu 16 Februari jam 14:43 siang yang kita semua bisa menyaksikan 'sasi' dan palang adat suda dirusak oleh salah satu oknum yang diduga menjadi bagian dari perusahaan tersebut" kata Aimar.
Dia menjelaskan, buntut dari pengrusakan sasi adat itu yang membuat marah warga hingga berujung pada pembakaran kantor dan fasilitas PT Waragonda pada Minggu malam.
"Masyarakat adat negeri haya merasa di hina, sakit hati karna prosesi yang begitu sakral telah dilecehkan yang menimbulkan situasi dimana kemarahan masyarakat adat memuncak karena merasa harga diri negeri diinjak" ujarnya.