Internasional

Warga Palestina Sambut Ramadan di Tengah Reruntuhan dan Kelaparan

news.fin.co.id - 01/03/2025, 16:13 WIB

Anak-anak duduk di belakang truk saat warga Palestina berangkat dari bagian utara Gaza untuk meninggalkan Jalur Gaza bagian tengah dan selatan pada 10 November 2023.

Bantuan makanan langka, dan persediaan terbatas yang masuk ke Gaza melalui pedagang harganya jauh melampaui apa yang mampu dibeli oleh banyak keluarga yang kehilangan mata pencaharian mereka.

“Lebih dari dua juta orang menghadapi kekurangan pasokan makanan pokok. Harga telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, membuat kelangsungan hidup sehari-hari menjadi semakin sulit,” kata Ismail Al-Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah Gaza, kepada Anadolu.

“Puluhan ribu orang yang mengungsi tinggal di kamp-kamp yang bahkan tidak memiliki kebutuhan paling mendasar,” ujarnya, menambahkan.

Air bersih menjadi kemewahan yang langka, membuat persiapan makanan sederhana menjadi tantangan tambahan bagi mereka yang menjalankan puasa.

Advertisement

Banyak yang terpaksa bergantung pada kayu bakar dan kertas untuk memasak, karena peralatan memasak modern tidak tersedia.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengakui tantangan besar dalam mengirimkan bantuan ke Gaza.

Berbicara pada konferensi pers, Selasa (25/2), ia membahas kematian enam bayi baru lahir karena pembatasan bantuan kemanusiaan meskipun gencatan senjata telah disepakati.

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, bayi-bayi itu meninggal dunia karena paparan udara musim dingin.

Pembatasan bantuan juga mencegah masuknya 200.000 tenda dan 60.000 rumah mobil untuk warga Palestina yang mengungsi.

Fakta ini melanggar perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari antara kelompok perlawanan Palestina, Hamas dan Israel.

Kota yang hancur

Setiap bagian Jalur Gaza menceritakan kisah kehancuran. Lingkungan yang dulunya berkembang pesat kini hancur menjadi puing-puing, sementara penduduknya terbunuh, mengungsi, atau terpaksa berjuang untuk bertahan hidup.

Namun, terlepas dari semua itu, warga Palestina tetap bertekad untuk menjalankan ibadah Ramadan.

Salat Tarawih akan diadakan di antara reruntuhan, dan doa akan dikumandangkan dari sisa-sisa masjid yang hancur.

Minggu lalu, Kementerian Agama di Gaza mengumumkan bahwa 1.109 dari 1.244 masjid di daerah kantong itu telah hancur total atau sebagian selama perang.

Advertisement

Khanif Lutfi
Penulis