Internasional

Paus Fransiskus Wafat: Simbol Kesederhanaan dan Suara Kaum Tertindas

news.fin.co.id - 21/04/2025, 18:05 WIB

Presiden ke-5 Republik Indonesia (RI) Megawati Soekarnoputri memberikan sebuah lukisan Bunda Maria kepada Pemimpin Umat Katolik Dunia Paus Fransiskus di Istana Apostolik, Vatikan, Jumat 8 Februari 2025. Foto: Antara

fin.co.id - Kabar duka datang dari Vatikan. Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik ke-266 yang dikenal membawa semangat reformasi dan keadilan sosial, wafat dalam usia 88 tahun pada Senin waktu setempat. Vatikan menyebut ia mengidap “krisis pernapasan berkepanjangan mirip asma” yang berkaitan dengan trombositopenia.

Terpilih sebagai paus pada Maret 2013 dalam usia 76 tahun, Jorge Mario Bergoglio mencetak sejarah sebagai Paus pertama dari Amerika Latin dan juga satu-satunya dari ordo Jesuit. Sosoknya sempat mengejutkan dunia karena dianggap bukan bagian dari lingkaran elite Vatikan.

Pemimpin Bersahaja dari Argentina

Lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936, Bergoglio tumbuh dari keluarga imigran Italia. Sejak muda, ia sudah tertarik pada kehidupan religius dan ditahbiskan sebagai imam Jesuit pada tahun 1969 setelah menempuh studi di Argentina dan Jerman.

Ia banyak menghabiskan masa pelayanannya di tanah kelahirannya, dikenal sebagai pemuka agama yang hidup sederhana dan dekat dengan rakyat. Bahkan sebagai kardinal, ia memilih menggunakan transportasi umum daripada mobil dinas. Pesan-pesannya kerap menyoroti ketimpangan sosial dan penderitaan kaum miskin.

Advertisement

Pada tahun 1998, ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Buenos Aires. Dalam pelayanan pastoralnya, ia menegaskan pentingnya inklusi sosial dan kepedulian terhadap kelompok terpinggirkan.

Paus Non-Eropa Pertama dalam 1.200 Tahun

Fransiskus menjadi paus pertama dari luar Eropa sejak Gregorius III pada abad ke-8. Nama “Fransiskus” ia pilih sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kasih bagi kaum miskin dan lingkungan.

Latar belakang hidupnya tak biasa untuk seorang paus. Ia pernah bekerja sebagai petugas keamanan dan pembersih, bahkan dikenal sebagai penari tango sebelum memilih jalan religius.

Dalam pelayanannya, ia menunjukkan empati luar biasa, seperti saat mencuci kaki pasien AIDS—tindakan simbolik yang mencerminkan kesederhanaan Kristus.

Gaya Kepemimpinan yang Menggugah

Begitu menjabat, Paus Fransiskus langsung menolak tinggal di Istana Apostolik dan memilih kediaman sederhana di Vatikan. Ia juga memangkas berbagai protokol istana, memperlihatkan gaya kepemimpinan yang membumi dan terbuka.

Advertisement

Fokus awalnya adalah reformasi internal gereja. Ia melakukan perombakan menyeluruh terhadap Bank Vatikan dan Kuria Roma, dengan tujuan meningkatkan transparansi dan efektivitas birokrasi.

Namun tantangan besar datang dari skandal pelecehan seksual yang membayangi gereja. Meski sudah membentuk komisi khusus dan mencopot pejabat tinggi, banyak pihak menilai penanganannya belum cukup cepat atau menyeluruh.

Vokal dalam Isu Global

Tak hanya urusan internal gereja, Paus Fransiskus juga dikenal vokal terhadap isu global. Ia mengkritik keras kapitalisme pasar bebas yang dianggap “membunuh” kaum miskin, serta aktif menyerukan aksi terhadap krisis iklim.

Pembelaannya terhadap hak migran pun mengundang kontroversi. Ia bahkan pernah menyamakan pusat penahanan migran dengan kamp konsentrasi, pernyataan yang menuai kecaman dari sejumlah kalangan konservatif.

Meski dicap progresif, Fransiskus tetap mempertahankan posisi tradisional gereja soal aborsi, pernikahan sesama jenis, dan peran perempuan dalam kepemimpinan gereja.

Duka dan Warisan

Sebelum menjabat sebagai paus, perannya di masa kediktatoran militer Argentina sempat diperdebatkan. Ia dituduh gagal melindungi dua imam yang diculik. Namun Vatikan membantah tuduhan itu, dan beberapa tokoh hak asasi membelanya, termasuk peraih Nobel Perdamaian Adolfo Perez Esquivel.

Advertisement

Sigit Nugroho
Penulis