fin.co.id - Kabut turun perlahan, seperti selimut duka yang merambat pelan di rimba Manusela. Di antara pohon-pohon tua yang menjulang dalam keheningan, suara alam terdengar lirih, seolah menangisi kehilangan yang tak terucap.
Di sanalah, di sebuah lembah sunyi bernama Aimoto, jasad Firdaus Ahmad Fauji (27) akhirnya ditemukan, terbaring kaku dalam pelukan sunyi dan nyanyian alam.
Firdaus menghilang sejak 26 April 2025. Ia lenyap bersama kabut dan rinai hujan, ditelan hutan Binaiya yang angkuh. Kini ia kembali, bukan dalam langkah hidup, tapi dalam diam yang menyayat.
Pemuda asal Bogor ini kini menjadi bagian dari catatan kelam Taman Nasional Manusela, rimba yang indah, namun menyimpan rahasia dan rintih yang tak terdengar.
Setelah 21 hari pencarian dalam doa yang tak bersuara, Firdaus ditemukan pada Sabtu, 17 Mei 2025. Tubuhnya tergeletak di dekat batuan besar, di satu titik paling ekstrem jalur pendakian: Lembah Terjun Aimoto.
“Sudah ditemukan, dan saya diperintahkan mencari kantong jenazah,” ujar Baing Ely, staf Balai TN Manusela kepada wartawan.
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Deny Rahadi, turut membenarkan kabar pilu ini.
Baca Juga
“Saya belum detail posisi terakhir ini. Yang jelas sudah ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia. Sekarang posisinya sedang dalam evakuasi turun ke bawah," ujar Deny.
Firdaus Ahmad Fauji (27), pendaki asal Bogor. (Dok Instagram pribadi)
Lembah Aimoto bukan sembarang tempat. Jalurnya sempit, tebingnya curam, dan setiap pijakannya seperti ujian hidup. Alam di sini tak menyambut manusia, ia hanya menerima mereka yang siap menyatu dengannya.
Di rimbah Binaiya, kabut tak pernah benar-benar pergi. Hujan turun kapan saja, tanpa jeda. Di sinilah Firdaus menghembuskan napas terakhirnya. Sendiri. Dalam dingin. Dalam pelukan sunyi.
Ia menghilang saat senja 26 April, terpisah dari rombongan di tengah hujan yang membasahi hutan. Ketika malam mulai menjalar ke pepohonan, Firdaus hilang dalam dekapan malam.