Nasional

Siswi SMKN 1 Cihampelas Meninggal Dunia, Diduga Terkait Konsumsi MBG

news.fin.co.id - 01/10/2025, 16:40 WIB

Seorang siswi kelas XII SMKN 1 Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, bernama Bunga Rahmawati, meninggal dunia, Selasa, 30 September 2025. Foto: Jabar Ekspres/Suwitno

fin.co.id - Seorang siswi kelas XII SMKN 1 Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, bernama Bunga Rahmawati, meninggal dunia, Selasa, 30 September 2025. Bunga tercatat sebagai salah satu penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan di sekolah pada Rabu, 24 September 2025.

Sebelumnya, kejadian keracunan massal sempat menimpa sekolah tersebut, di mana 121 siswa harus mendapat penanganan medis setelah mengonsumsi paket makanan dari program MBG. Gejala yang dialami para siswa antara lain mual, pusing, sesak napas, bahkan hingga kejang.

Namun berbeda dengan rekan-rekannya, Bunga tidak menunjukkan gejala keracunan pada hari itu. Ia masih bersekolah secara normal hingga Senin, 29 September 2025.

Kondisi kesehatannya baru memburuk keesokan harinya. Pada Selasa siang setelah pulang sekolah, Bunga mulai merasa mual dan langsung dibawa ke bidan terdekat oleh keluarganya.

Kepala Puskesmas Cihampelas, Edah Jubaidah, mengonfirmasi bahwa Bunga sempat mengonsumsi paket MBG yang berisi telur rebus, lotek, kentang, dan pisang. Namun, tidak seperti siswa lainnya, ia tidak mengeluh atau menunjukkan tanda-tanda keracunan setelah menyantap makanan tersebut.

“Semenjak kejadian, anak tersebut tidak mengeluh apa-apa. Bahkan dia sempat bersekolah pada Senin (29 September 2025). Baru pada Selasa (30 September 2025) pulang sekolah, Bunga mengeluh mual,” kata Edah saat dikonfirmasi, Rabu, 1 Oktober 2025.

Pihak keluarga menyampaikan bahwa pada pagi harinya, kondisi Bunga sempat membaik. Namun menjelang siang, keluhannya kembali muncul dan memburuk. Setelah berkonsultasi dengan pihak Puskesmas, bidan menyarankan agar Bunga segera dirujuk ke RSUD Cililin.

“Awalnya keluarga hanya mengira masuk angin. Tapi pada pukul 13.00 WIB keluhannya makin parah. Kami anjurkan segera dibawa ke RSUD. Namun sebelum sempat mendapat perawatan lanjutan, kami mendapat kabar bahwa Bunga meninggal dunia,” ujar Edah.

Meski gejala yang muncul mirip dengan keracunan, Edah menegaskan bahwa hingga saat ini belum ditemukan bukti kuat yang menghubungkan secara langsung kematian Bunga dengan makanan MBG.

“Gejalanya memang mirip keracunan, tapi jarak waktu dari makan MBG dengan munculnya keluhan cukup jauh, sekitar empat sampai lima hari. Ada kemungkinan pasien juga mengonsumsi makanan lain setelah itu. Jadi tidak bisa buru-buru disimpulkan karena MBG,” jelasnya.

Pihak Dinas Kesehatan KBB masih mendalami penyebab pasti kematian Bunga. Pemeriksaan lanjutan akan dilakukan untuk memastikan apakah insiden ini berkaitan dengan kasus keracunan massal sebelumnya atau disebabkan oleh faktor lain.

“Kasus ini akan ditelusuri lebih dalam. Kami tetap membuka kemungkinan semua faktor penyebab, baik makanan dari MBG maupun makanan lain yang dikonsumsi korban,” tambah Edah.

Perwakilan pihak sekolah, Dady, mengonfirmasi bahwa Bunga merupakan salah satu penerima paket MBG pada hari kejadian. Namun, ia menekankan bahwa almarhumah tidak termasuk dalam daftar siswa yang sempat dirawat atau ditangani medis saat insiden keracunan terjadi.

“Betul, almarhumah ikut mengonsumsi MBG. Tetapi saat kejadian, ia tidak masuk daftar siswa yang mendapat perawatan medis. Karena memang tidak ada keluhan sama sekali pada hari itu,” pungkas Dady.

(Wit/Hari Priyadi)

Mihardi
Penulis