Megapolitan

Kasus DBD di Jakarta Barat Turun, Tapi Warga Diminta Tetap Siaga di Musim Pancaroba

news.fin.co.id - 13/11/2025, 15:25 WIB

Kasus DBD di Jakarta Barat turun signifikan. Foto: ANTARA/ Pemkot Jakbar.

fin.co.id - Warga Jakarta Barat boleh sedikit lega. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah ini akhirnya menunjukkan tren penurunan tajam sejak pertengahan tahun 2025. Data dari Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat mencatat, dari 336 kasus pada Juli, angka itu anjlok menjadi hanya 142 kasus pada Oktober.

Kepala Sudinkes Jakbar, Sahruna, mengungkapkan bahwa per 6 November 2025, baru ada satu kasus DBD yang tercatat. “Pada Juli 2025, 336 kasus terlapor, Agustus 355 kasus, September 200 kasus dan Oktober 142 kasus. Sementara untuk November, per Kamis, 06 November 2025 pukul 13.00 WIB, baru ada satu kasus terlapor,” jelasnya dikutip dari ANTARA di Jakarta, Kamis.

Namun, Sahruna menegaskan bahwa penurunan ini bukan berarti warga bisa lengah. Menurutnya, kondisi cuaca dan kelembapan udara di wilayah Jakarta Barat masih sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, si penyebar virus DBD.

Cuaca dan Kelembapan Jadi Faktor Penentu

Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), iklim pada Oktober 2025 menjadi salah satu pemicu potensial meningkatnya risiko penularan DBD.

“Iklim untuk DBD bulan Oktober 2025 itu 77 persen, di mana kelembaban optimum untuk nyamuk 71-83 persen. Kemudian suhu berkisar 24-31 derajat Celsius, sementara suhu rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk antara berkisar 25-27 derajat Celsius,” ujar Sahruna.

Dengan kondisi ini, Sudinkes Jakbar memperkirakan angka insiden bulanan DBD bisa menyentuh 4,5 kasus per 100.000 penduduk bila masyarakat tidak meningkatkan kewaspadaan.

Jumantik Dikerahkan, Warga Didorong Aktif

Untuk mencegah lonjakan kasus, Sudinkes menggencarkan pemantauan vektor nyamuk melalui juru pemantau jentik atau jumantik. Petugas turun langsung ke rumah warga melakukan sidak jentik nyamuk, memastikan tidak ada tempat perindukan baru.

“Pemantauan itu dilakukan dengan mengutamakan peran masyarakat dan meningkatkan promosi kesehatan tentang DBD,” tambah Sahruna.

Pendekatan berbasis masyarakat ini bukan hal baru, tapi terus digencarkan terutama menjelang musim pancaroba, saat nyamuk lebih mudah berkembang biak.

Ahli Kesehatan: Rajin Bersih-Bersih Itu Kunci!

Praktisi kesehatan masyarakat Ngabila Salama mengingatkan masyarakat agar tidak terlena dengan tren penurunan kasus. Menurutnya, musim pancaroba justru menjadi periode paling rawan karena banyak tempat bisa menjadi sarang jentik nyamuk.

“Kalau kita tidak rajin bersih-bersih lingkungan, rumah, dan juga tentunya kalau demam berdarah tidak PSN 3M+, terus juga kita membuat perindukan nyamuk maupun jentik, ya, otomatis itu juga akan membuat menjadi lebih mudah virus demam berdarah melalui perantara nyamuk Aedes Aegypti,” kata Ngabila.

Ia menambahkan, wadah-wadah sederhana seperti ember, pot bunga, atau kaleng bekas sering menjadi tempat favorit nyamuk Aedes aegypti bertelur.

Perkuat Imun dengan Vitamin dan Gaya Hidup Sehat

Ngabila juga menyoroti pentingnya menjaga daya tahan tubuh di tengah perubahan cuaca ekstrem. Ia menyarankan konsumsi makanan kaya vitamin dan antioksidan, seperti buah dan sayur segar.

“Tapi kalau seandainya kita memang butuh dengan cepat, nge-boost dengan cepat, itu kita bisa minum vitamin D3 1x10.000 IU atau vitamin C 1x sehari. Bahkan, beberapa mungkin ada yang harus diinfus untuk vitamin menjaga kekebalan tubuh manusia,” ujarnya.

Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik

Untuk memperkuat upaya pencegahan, Ngabila mengajak warga menjalankan gerakan satu rumah satu kader jumantik. Setiap rumah disarankan menunjuk satu anggota keluarga baik ayah, ibu, anak, atau asisten rumah tangga yang bertanggung jawab memantau keberadaan jentik.

Wanda Afifah
Penulis