Internasional

Pasukan AS Tiba di Guantanamo untuk Mendirikan Pusat Detensi Migran: Perintah Kontroversial Donald Trump

news.fin.co.id - 04/02/2025, 09:34 WIB

Pintu masuk Kamp 5 dan Kamp 6 pusat penahanan militer AS di markas angkatan laut Teluk Guantanamo, Kuba, (7/6/2014).(AFP/B FOX via DW INDONESIA)

fin.co.id - Pasukan AS (Amerika Serikat) telah tiba di Teluk Guantanamo, Kuba, untuk mendirikan fasilitas penahanan migran atas perintah Presiden Donald Trump.

Keputusan ini menimbulkan protes, mengingat sejarah Guantanamo yang penuh dengan skandal dan pelanggaran hak asasi manusia.

Fasilitas baru ini dapat menampung hingga 30.000 migran, jauh lebih banyak dari jumlah tahanan yang ada selama Perang Melawan Terorisme.

Donald Trump Perintahkan Pembangunan Fasilitas Baru di Guantanamo

Menurut laporan Pentagon pada Senin, 150 personel dari Marinir dan Angkatan Darat AS telah bergabung dengan pasukan yang sebelumnya sudah ada di Guantanamo.

Baca Juga

Mereka akan membantu membangun fasilitas baru yang dirancang untuk menampung migran ilegal.

Presiden Donald Trump menginginkan fasilitas ini untuk menahan "imigran gelap kriminal terburuk yang mengancam rakyat Amerika."

Langkah ini terjadi setelah Trump memerintahkan Pentagon untuk mengerahkan lebih banyak pasukan ke perbatasan selatan untuk menanggulangi lonjakan migrasi ilegal.

Guantanamo: Dari Penjara Teroris Menjadi Pusat Penahanan Migran?

Pangkalan Angkatan Laut Guantanamo terkenal di seluruh dunia sebagai penjara militer tempat para tahanan Perang Melawan Terorisme ditahan dan disiksa, khususnya setelah serangan 11 September 2001.

Kini, Guantanamo kembali menjadi sorotan internasional. Fasilitas penahanan yang sedang dibangun ini akan menampung lebih banyak orang daripada yang pernah dilakukan selama puncak Perang Melawan Terorisme.

Baca Juga

Tindakan ini semakin memicu kritik terhadap kebijakan imigrasi Trump yang dianggap keras dan tidak manusiawi.

Sebagai bagian dari perintah yang lebih luas, pasukan AS akan membantu mengelola dan mengawasi fasilitas tersebut.

Rencana Trump untuk memanfaatkan Guantanamo kembali memunculkan pertanyaan tentang masa depan penjara yang kontroversial ini.

Kritik terhadap Langkah Donald Trump dan Peningkatan Ketegangan Sosial

Pembangunan pusat detensi migran ini menuai kritik tajam dari berbagai kelompok hak asasi manusia.

Mereka menilai langkah ini sebagai bukti lebih lanjut dari kebijakan imigrasi Trump yang tidak ramah dan penuh dengan diskriminasi.

Para pengkritik menyatakan bahwa Guantanamo, dengan segala riwayat buruknya, tidak layak menjadi tempat penahanan bagi orang-orang yang hanya mencari perlindungan dari penganiayaan.

Sigit Nugroho
Penulis