Internasional

Tarif Dagang AS Dikeluhkan Lebih dari 50 Negara, Gedung Putih Buka Peluang Negosiasi

news.fin.co.id - 07/04/2025, 16:26 WIB

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi tarif dagang AS (Antara)

fin.co.id - Kebijakan tarif dagang Amerika Serikat terus menuai reaksi keras dari berbagai penjuru dunia. Lebih dari 50 negara dikabarkan telah menjalin komunikasi dengan pemerintah AS, meminta agar beban tarif yang dikenakan segera dikaji ulang. Permintaan itu mengemuka di tengah ketegangan dagang yang mulai terasa dampaknya secara luas.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, mengungkapkan bahwa Perwakilan Dagang AS telah melaporkan perkembangan ini secara langsung kepada Presiden. “Sudah lebih dari 50 negara yang menghubungi untuk membuka ruang negosiasi,” kata Hassett dalam wawancara bersama George Stephanopoulos dalam program “This Week” di ABC News, Minggu, 6 April 2025.

Menurut Hassett, meski banyak negara menunjukkan kemarahan dan berniat melakukan pembalasan, pada saat yang sama mereka tetap memilih pendekatan diplomatik. “Mereka datang ke meja perundingan karena tahu beban tarif ini cukup besar bagi mereka,” ujarnya.

Hassett sendiri menilai bahwa kebijakan tarif dagang AS tidak akan memberikan dampak yang signifikan bagi konsumen domestik. Ia berpendapat, struktur suplai negara-negara yang terdampak tergolong tidak elastis, sehingga AS tetap berada dalam posisi defisit dagang jangka panjang. Ini, menurutnya, menjadi salah satu justifikasi atas penerapan kebijakan tersebut.

Advertisement

Namun tak semua pihak sependapat. Mantan Menteri Keuangan AS, Lawrence Summers, yang turut hadir dalam acara itu, memberikan pandangan berbeda. Summers memperingatkan bahwa tarif dagang justru dapat memperburuk kondisi ekonomi.

“Tarif ini menyebabkan harga naik dan mendorong inflasi,” tegas Summers. Ia menambahkan bahwa tekanan harga itu berdampak langsung pada menurunnya daya beli masyarakat, yang pada akhirnya bisa menekan penciptaan lapangan kerja.

Situasi ini mencerminkan bagaimana kebijakan tarif dagang AS kini menjadi sorotan global. Meski ada keyakinan dari pihak Gedung Putih bahwa kebijakan ini berdampak positif secara jangka panjang, kenyataannya tekanan internasional kian menguat. Respons dari lebih dari 50 negara bukan hanya mencerminkan ketidaknyamanan, tetapi juga sinyal bahwa dunia ingin keterbukaan dan dialog lebih lanjut terkait arah kebijakan ekonomi AS. (Antara/Anadolu)

Sigit Nugroho
Penulis