Ekonomi

Tepis Deindustrialisasi Landa Indonesia, Agus Gumiwang Tantang Ekonom Buka Data

news.fin.co.id - 07/05/2025, 23:18 WIB

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

fin.co.id - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menepis isu adanya deindustrialisasi di sektor industri dalam negeri. Dia mengatakan, industri manufaktur di Indonesia masih menjadi prime mover atau penggerak utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dari dua faktor saja, yakni Manufacturing Value Added (MVA) dan share terhadap PDB, belum berbicara mengenai kinerja capaian investasi dan ekspor, serta penyerapan tenaga kerja manufaktur, itu dengan sangat mudah bisa dipatahkan bahwa Indonesia tidak dalam fase deindustrialisasi,” kata Agus di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025.

Agus juga mengatakan, data World Bank dan United Nations Statistics menyebutkan nilai MVA Indonesia pada tahun 2023 menembus angka USD 255,96 miliar. Menurutnya, nilai Ini merupakan capaian tertinggi dari yang sebelumnya pernah diraih Indonesia.

“Nilai tersebut menempatkan Indonesia dalam 12 besar negara manufaktur dunia, serta yang terbesar ke-lima di Asia, di bawah China, Jepang, India, dan Korea Selatan,” katanya.

Advertisement

“Di ASEAN, nilai MVA Indonesia tentunya menjadi yang tertinggi, jauh melampui nilai MVA negara-negara ASEAN, termasuk Thailand dan Vietnam,” tambahnya.

Menurut Agus, ekonom dan pengamat perlu melihat lebih dalam data PDB Industri Pengolahan Non Migas (IPNM) atau PDB manufaktur pada triwulan II tahun 2022 sejak pandemi Covid-19 berhenti melanda Indonesia sampai saat ini pada triwulan I tahun 2025.

Hal ini dikarenakan sejumlah indikator atau data kinerja positif industri manufaktur saat ini berkebalikan dengan yang disampaikan ekonom dan pengamat selama ini bahwa ada tren penurunan share PDB manufaktur yang menjadi dasar pernyataan mereka terkait deindustrialisasi yang melanda industri manufaktur Indonesia.

“Jadi, patut dipertanyakan alasan para pengamat yang mengatakan bahwa Indonesia sedang masuk atau sudah masuk ke dalam tahap deindustrialisasi. Itu salah, karena kita bisa lihat dari data yang ada, kinerja industri manufaktur masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.

(Bianca Khairunnisa)

Advertisement
 

Mihardi
Penulis