Nasional

Musim Kemarau 2025: Waspada Dampak Kekeringan, Simak Prediksi dan Puncaknya

news.fin.co.id - 08/05/2025, 15:03 WIB

Musim Kemarau. Foto: Istimewa

Memasuki tahun 2025, perhatian masyarakat mulai tertuju pada perubahan cuaca yang cukup signifikan. Musim kemarau 2025 menjadi topik yang banyak diperbincangkan, terutama menyangkut dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari, pertanian, serta risiko kekeringan. Menanggapi hal ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan prediksi resmi yang bisa menjadi acuan bagi publik.

Awal Musim Kemarau 2025: Tidak Serentak di Semua Wilayah

BMKG melalui laporan terbarunya menyampaikan bahwa musim kemarau tahun ini tidak dimulai secara bersamaan di seluruh Indonesia. Proses transisinya berlangsung secara bertahap, dipengaruhi oleh kondisi geografis dan dinamika atmosfer yang berbeda-beda di tiap wilayah.

  • Maret 2025 , musim kemarau lebih dahulu dirasakan di kawasan tenggara Indonesia, termasuk sebagian Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

  • Maret hingga Agustus , giliran Jawa bagian tengah dan barat, Sumatra, Kalimantan, serta sebagian Sulawesi memasuki musim kemarau secara bertahap.

    Advertisement
  • Agustus 2025 , wilayah timur Indonesia seperti Maluku dan Papua diperkirakan baru mengalami musim kering ini.

Dengan perbedaan waktu yang cukup mencolok antarwilayah, masyarakat diharapkan lebih jeli mengikuti informasi cuaca yang relevan dengan daerah masing-masing.

Durasi Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Singkat

Salah satu catatan penting dari BMKG adalah mengenai durasi musim kemarau 2025 yang cenderung lebih pendek dibandingkan kondisi normal, terutama pada 298 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 43% dari wilayah pemantauan BMKG.

Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, hal ini merupakan hasil pengamatan terhadap tren iklim global dan regional yang berlangsung hingga pertengahan April 2025. Ia juga menambahkan bahwa meskipun sebagian besar wilayah akan mengalami musim kering yang lebih singkat, terdapat 26% wilayah lainnya, khususnya di Sumatera dan Kalimantan, yang justru diprediksi akan mengalami kemarau lebih panjang dari biasanya.

Puncak Musim Kemarau: Juni hingga Agustus

Informasi yang dibagikan BMKG lewat kanal YouTube resminya menyebutkan bahwa puncak musim kemarau 2025 diperkirakan terjadi antara Juni hingga Agustus. Pada periode ini, curah hujan menurun drastis hingga berlangsung selama tiga dasarian atau sekitar satu bulan penuh tanpa hujan berarti.

Advertisement

Fenomena ini tidak hanya menandai intensitas musim kering, tetapi juga menjadi periode rawan bagi terjadinya kekeringan ekstrem dan potensi kebakaran lahan.

Sebaran Curah Hujan: Normal hingga Ekstrem

Berdasarkan proyeksi BMKG, sebanyak 60% wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dengan curah hujan normal. Sementara itu, 26% wilayah diprediksi akan lebih basah dari biasanya, dan sisanya sekitar 14% diperkirakan lebih kering, sehingga meningkatkan risiko kekurangan air, terutama di daerah-daerah rentan.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah rawan kekeringan, untuk mulai mengambil langkah antisipatif. Pengelolaan air bersih, penghematan penggunaan air, dan kesiapan menghadapi potensi kebakaran hutan menjadi bagian dari upaya preventif yang bisa dilakukan.

Mengapa Prediksi BMKG Penting?

Prediksi musim kemarau dari BMKG bukan hanya sekadar informasi cuaca biasa. Data ini menjadi dasar penting bagi berbagai sektor terutama pertanian, energi, dan kesehatan dalam merencanakan aktivitas mereka. Dengan memahami kapan dan di mana musim kemarau terjadi, masyarakat dan pemerintah daerah bisa menyiapkan strategi adaptasi yang lebih baik.

Kesimpulan:

Musim kemarau 2025 membawa dinamika baru dengan waktu yang tidak serentak dan durasi yang bervariasi. Sebagian wilayah akan merasakannya lebih cepat dan lebih singkat, namun beberapa area justru harus menghadapi musim kering yang lebih lama. Dengan puncak kemarau diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus, penting bagi semua pihak untuk tetap waspada dan siap menghadapi dampaknya.

Advertisement

Wanda Afifah
Penulis