Bangkok menilai jawaban itu tidak masuk akal. Thailand kemudian menangguhkan rencana peningkatan gencatan senjata dan menunda pembebasan 18 prajurit Kamboja yang sebelumnya ditahan.
Bagi kedua negara, peristiwa ini kembali menjadi titik panas konflik perbatasan yang telah berlangsung selama lebih dari satu abad.
3. Efektivitas Perjanjian Damai ASEAN Dipertanyakan
Hanya berselang kurang dari tiga minggu sejak penandatanganan perjanjian damai di KTT ASEAN Kuala Lumpur, stabilitas yang diharapkan ternyata tak bertahan lama.
Kesepakatan tersebut diteken bersama Perdana Menteri Malaysia dan disaksikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump. Saat itu, Trump menyebut perjanjian tersebut sebagai “terobosan besar yang banyak orang anggap mustahil.”
Namun kenyataannya, dalam hitungan hari, sudah terjadi ledakan ranjau, baku tembak, penundaan komitmen gencatan senjata, hingga evakuasi besar-besaran.
Konflik Thailand–Kamboja sendiri memiliki sejarah panjang yang bermula dari garis batas peninggalan kolonial Prancis pada 1907.
Ketidakjelasan batas wilayah tersebut sudah puluhan kali menjadi pemicu bentrokan bersenjata paling besar terjadi pada 2011 yang sempat mengguncang kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga
Kini, dengan insiden terbaru ini, banyak pihak mempertanyakan apakah perjanjian damai ASEAN mampu meredam konflik yang sudah mengakar dalam sejarah kedua negara.
4. Pengawasan Militer Diperketat
Militer kedua negara meningkatkan patroli dan pengawasan di perbatasan. Suasana dilaporkan semakin mencekam.
Warga yang mengungsi berharap situasi segera mereda, namun belum ada jaminan keamanan.
Sementara itu, media lokal melaporkan beredarnya informasi bahwa militer Thailand memasang pengeras suara berisi suara tangisan hantu, bagian dari taktik psywar untuk menekan moral pasukan Kamboja meski belum ada konfirmasi resmi.
Ilustrasi - Pengamanan oleh tentara Thailand. ANTARA/Anadolu