fin.co.id - Kebijakan tarif dagang Trump kembali mengundang perhatian global. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi menaikkan tarif ekspor sebesar 10 persen ke seluruh negara, termasuk Indonesia. Langkah ini langsung memicu respons cepat dari pemerintah Indonesia.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menyatakan bahwa Indonesia akan mengirimkan tim lobi tingkat tinggi untuk membuka jalur negosiasi langsung dengan pemerintah AS. Langkah ini diambil sebagai strategi diplomatik guna meredam potensi dampak negatif terhadap ekonomi nasional.
“Paralel dengan itu, Indonesia juga mengirimkan tim lobi tingkat tinggi untuk bernegosiasi dengan pemerintah AS,” ujar Hasan pada Minggu, 6 April 2025.
Selain upaya diplomasi, pemerintah juga tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dampak kebijakan tarif ini. Fokus analisis mencakup sektor industri, ketenagakerjaan, hingga ancaman terhadap daya saing produk lokal di pasar global. Hasan menambahkan, “Pemerintah sedang menghitung dengan cermat dampak dari penerapan tarif resiprokal yang dilakukan oleh pemerintah AS.”
Sebagai upaya penyeimbang dari dalam negeri, pemerintah juga terus mendorong penyederhanaan regulasi agar produk Indonesia semakin kompetitif. Langkah ini dinilai penting untuk memperkuat daya saing sekaligus menghadapi tekanan eksternal.
Dalam daftar negara yang terdampak, Indonesia berada di posisi kedelapan dengan kenaikan tarif sebesar 32 persen. Negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Kamboja juga turut merasakan dampaknya, dengan kisaran tarif antara 24 hingga 49 persen.
Dengan situasi ini, tarif dagang Trump menjadi tantangan serius bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga ketahanan ekonomi melalui pendekatan diplomatik dan reformasi regulasi yang tepat sasaran. (Anisha Aprilia)